Menelisik Pendidikan Kejuruan di Korea Selatan

MENELISIK PENDIDIKAN KEJURUAN DI SMK

Pendidikan kejuruan menjadi alternatif negara  maju dan berkembang untuk menciptakan tenaga-tenaga kerja yang layak pakai dalam waktu singkat, begitu juga hal dengan Indonesia, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan RI juga memfokuskan pendidikan kejuruan melalui program Revitalisasi SMK. Revitalisasi SMK menjadi salah satu program Prioritas Presiden Jokowi dalam Nawacitanya. Namun melihat fakta yang ada, pendidikan kejuruan SMK  masih jauh dari harapan karena banyak masalah yang belum terpecahkan seperti masih terbatasnya guru produktif yang tersedia, ketersediaan alat dan fasilitas praktek bagi siswa, lembaga sertifikasi keahlian yang belum tersedia, hingga keterbatasan anggaran untuk pengembangan SMK, dan banyak masalah lainnya.

Masih banyak masalah yang kita alami dalam Revitalisasi SMK di tanah air, ada baiknya kita menelisik bagaimana Pendidikan SMK pada salah satu negara maju di Asia yaitu Korea Selatan, Korea Selatan adalah satu negara favorit bagi para penggemar K-Pop dan K-Drama dengan gaya dan ciri khasnya tersendiri, Setiap tahunnya Pemerintah Korea mengalokasi Anggaran pendidikan rata-rata 14% – 15%  pertahun, anggaran terbesar dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan dan Kesehatan, namun demikian ternyata pendidikan kejuruan di SMK sudah lebih maju dari Indonesia yang mengalokasi dana pendidikannya sebesar 20% pertahun, sehingga kita perlu belajar dengan negeri Great King Sejoeng tersebut. Kami mendapat kesempatan untuk berkunjung ke salah satu sekolah SMK di Yeu-Jo Agricultural Manajemen School di Provinsi Gyoenggi-do Korea Selatan bersama para Guru SMK Aceh yang sedang melaksanakan pendidikan dan pelatihan dengan Hankyong National University Korea Selatan.

Yeu-Jo Agricultural Manajemen School adalah salah satu sekolah SMK favorit di distrik Gyoenggi-do, Yeu-Jo Agricultural Manajemen School merupakan sekolah berasrama dan memiliki lahan sebesar 20 Hektar, jumlah siswanya lebih kurang 420 orang, sekolah yang didirikan sejak tahun 1945 tersebut telah melahirkan lebih kurang 8.000 lulusan, hampir 70 % lulusan SMK tersebut diserap langsung oleh Dunia Kerja dan Dunia Industri yang ada di Korea Selatan sedangkan sisanya melanjutkan ke Perguruan tinggi. Dalam pelaksanaan kurikulum dan pencapaian kompetensi dasar hampir serupa dengan SMK di tanah air, namun perbedaan yang sangat mencolok adalah para siswa SMK di Korea di perbolehkan untuk memilih 2 jurusan serta mengikuti pelajaran yang disukai ataupun diinginkan oleh siswa, walaupun pada semester 1 dan 2 mereka harus menyelesaikan mata pelajaran wajib seperti Matematika, Bahasa inggris dan Sejarah. Tatap muka dan praktek dimulai pukul 09.00 sampai jam 16.00 selanjutnya para siswa self study di asramanya dengan didampingi langsung oleh guru pendampingnya.

Yeu-Jo Agricultural Manajemen School merupakan sekolah negeri yang tidak memungut uang apapun dari siswanya, biaya pendidikan siswa sepenuhnya di tanggung oleh pemerintah. Lalu bagaimana pemerintah korea dapat menanggung seluruh pembiayaan SMK tersebut yang terhitung cukup besar?. Ternyata teori unit produksi pada SMK benar-benar di praktekkan oleh SMK yang ada di korea, pada 20 hektar lahan yang dimiliki, pemerintah korea membangun semua unit produksi sesuai dengan jurusan dan mata pelajaran yang dipelajari, unit produksi benar-benar dikelola dengan profesional oleh sekolah. Mereka memiliki lebih kurang 30 ekor sapi perah dan 20 ekor sapi pedaging, unit produktif perternakan yang dimiliki oleh sekolah tersebut menghasilkan susu dan daging sapi yang langsung di pasarkan kepada masyarakat melalui koperasi-koperasi masyarakat dan outlet SMK, namun yang paling menarik, siswa dapat menggarap sendiri lahan dengan menggunakan alat praktek yang ada di sekolah tersebut dan hasilnya langsung masuk ke kantong siswa, siswa cukup menyediakan modal untuk pembelian bibit dan dan pupuk.

Pada lahan 20 hektar tersebut, Yeu-Jo Agricultural Manajemen School juga memiliki kebun peer, anggur dan apple serta tanaman holtikultura lainnya yang dirawat secara profesional, dan hasil dari kebun mereka juga dipasarkan langsung ke kota-kota besar di korea seperti Seoul dan Busan, memetik hingga memanen menjadi salah satu kompetensi bagi siswa. Dan yang lebih unik lagi Yeu-Jo Agricultural Manajemen School memilik fasilitas praktek alat berat seperti ekskalator, traktor dan alat berat lainnya, siswa harus mampu mengoperasikan alat-alat berat tersebut, karena umumnya petani korea sudah menggarap kebunnya yang luas dengan menggunakan alat berat disebabkan sangat minimnya penduduk yang berprofesi sebagai petani di daerah gingseng tersebut.

 

Jauhnya ketertinggalan kita dengan korea tentu bukan menjadi alasan bagi kita untuk hilang semangat, banyak kelebihan yang kita miliki dari segi alamnya, korea yang memiliki 4 musim mengharuskan mereka menyiasati kebutuhan pokoknya dengan pembiayaan yang sangat tinggi, mereka hanya bisa menanam padi setahun sekali, selain itu tidak semua tumbuhan  dapat tumbuh subur di korea, sedangkan kita di yang berada di garis khatulistiwa memiliki 2 musim saja, yang memungkinkan bagi kita untuk menanam padi hingga 3 kali dalam setahun, selain itu kita memiliki demografi yang sangat lengkap mulai dari lembah hingga dataran tinggi sehingga hampir seluruh tumbuhan dan tanaman dapat kita budidayakan di  negeri ini, selain itu jumlah penduduk yang banyak juga menjadi pasar yang potensial karena pertanian dan peternakan adalah salah satu sektor primer yang tidak akan pernah hilang selama manusia masih butuh makan dan minum, sekarang tinggal dari diri kita sendiri, apakah kita ingin tetap seperti ini atau berlari lebih kuat dari negara lain untuk menciptakan sumber daya yang handal dan tepat guna untuk mewujudkan indonesia yang makmur dan sejahtera.

 

Penulis : Muksalmina, S.Pd, M.Si