close

16 Oktober 2013

Berita Terkini

Lifya, potret kegigihan guru pendidikan luar biasa

slb

Pilihan menjadi seorang guru Pendidikan Luar Biasa awalnya mungkin bukan cita-cita bagi banyak orang, termasuk Lifya, S.Pd, Guru SLB (Sekolah Luar Biasa) Wahana Asih Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Apalagi keinginannya untuk menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus sempat mendapat lampu”kuning” dari kedua orang tuanya.

“Orang tua tidak melarang tetapi menolak secara halus. Ayah memberikan pertimbangan bahwa mendidikan anak-anak berkebutuhan khusus adalah tugas mulia namun tantangannya sangat berat. Demikian juga ibu, meski seorang guru, beliau mengatakan mengajar anak normal saja susah apalagi anak luar biasa,” kata Lifya ketika mengisahkan awal dirinya tertarik pada Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) setamat SMA.

Apa yang membuat Lifya memiliki ketertarikan begitu besar pada SPGLB? Informasi yang didapat dari berbagai sumber menyebutkan lulusan dari SGPLB akan langsung bekerja dan ditempatkan di SD Luar Biasa di wilayah kota. Selain langsung bisa bekerja, lulusan SGPLB akan diangkat menjadi pegawai negeri sipil golongan II/b.

Lifya langsung membulatkan tekadnya untuk melanjutkan pendidikan D2 di SGPLB meski ia menyadari kedua orang tuanya belum sepenuh hati mengizinkannya melanjutkan pendidikan di SGPLB. Namun, melihat kegigihan putrinya, kedua orang tua Lifya akhirnya luluh dan memberi izin.

Setelah lulus dari SGPLB pada tahun 1987, Lifya diberi arahan kepala sekolah untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung atau saat ini dikenal dengan Universitas Pendidikan Indonesia. Lifya menjadi satu-satunya siswa SGPLB yang diterima di IKIP Bandung. Maka berangkatlah dirinya seorang diri merantau ke tanah Pasundan untuk mencari ilmu.

“Ketika saya akan berangkat ke Bandung, seluruh warga desa tempat saya tinggal mengantar saya seperti ketika hendak pergi berhaji. Anak-anak berlarian di belakang bemo yang membawa saya,” kenangnya.

Setelah lulus kuliah di IKIP Bandung tahun 1991 Lifya pernah melamar menjadi dosen di almamaternya. Namun, begitu mendengar anaknya melakukan itu ayahnya melarangnya. Ayahnya memberi pertimbangan, Lifya akan lebih mudah naik pangkat jika mengajar di sekolah luar biasa dibandingkan menjadi seorang dosen. Maklum saja ayahnya merupakan pegawai di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).

“Ternyata nasehat bapak benar, teman-teman kuliah saya dulu saat ini masih golongan III/c, namun saya sudah IV/b,” kata perempuan kelahiran Padang, 4 April 1966 ini.

Pesan ayahnya pula untuk menyimpan semua dokumen yang dimiliki dengan baik, ternyata sangat berguna. Saat dirinya membutuhkan berbagai dokumen untuk pengurusan keikutsertaan dalam berbagai lomba, Lifya tidak mengalami kesulitan sama sekali.

Mengabdi di kampung halaman

Setelah menamatkan kuliah dan mendapatkan SK pengangkatan pada tahun 1994, Lifya kembali ke kampung halamannya untuk mengabdikan ilmunya bagi masyarakat yaitu mengajar di Sekolah Muaro Budi di Desa Kubur Harimau, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.

“Nama Desa Kubur Harimau sempat membuat saya bergidik, maklum saja dari namanya terkesan seram untuk didengar, meskipun belum tentu keadaannya seseram namanya”.

Ia pun melangkahkan kaki ke desa itu. Ternyata bangunan sekolah tersebut merupakan bekas balai desa yang sudah tidak terurus sehingga penuh dengan debu. Namun, kondisi bangunannya ternyata tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya.

“Jumlah murid saya pertama kali sebanyak 30 orang,” kata Lifya.

Baru saja sekolah tersebut dibersihkan dan digunakan sebagai tempat belajar-mengajar, tiba-tiba saja api membakarnya.

“Tiba-tiba saja terbakar. Saya terpukul, dan bingung mencari tempat bagi anak-anak didik saya,” kata Lifya yang menganggap Solok menjadi kampung keduanya.

Berkat bantuan seorang warga desa, Lifya menemukan tempat pengganti. Namun, jangan dibayangkan tempat itu berupa gedung besar. Tempat itu hanyalah sebuah warung yang terletak di pinggir jalan yang sudah tidak lagi digunakan pemiliknya. Di tempat itulah proses belajar-mengajar kemudian berlangsung. Meskipun hanya berupa warung, Lifya sangat bersyukur karena pemilik warung meminjamkannya dengan ikhlas.

Perempuan yang memiliki tiga anak ini juga menceritakan berbagai pengalaman unik lainnya.

“Saya sering mendapat tugas memotong rambut murid saya. Semua itu saya lakukan dengan rapi. Pemotongan rambut ini bukan merupakan hukuman seperti yang banyak terjadi kepada murid di sekolah,” kata Lifya seraya menambahkan bahwa kegiatan ini murni kegiatan sambilan di sela pekerjaan utamanya sebagai tenaga pendidik.

Terkadang juga Lifya membawa murid-muridnya ke pancuran masjid untuk menunjukkan kepada mereka cara mengurus diri sendiri, mulai dari mandi, keramas, hingga mengganti pembalut karena `sekolah’ mereka tidak memiliki kamar mandi sendiri.

“Pengalaman saya banyak sekali. Salah satunya adalah anak-anak menjadi sangat kuat karena medan Desa Kubur Harimau cukup sulit`, kata Lifya yang sementara berpisah dengan suaminya yang bekerja di Palembang .

Mungkin ini pulalah yang mengakibatkan dua anak didiknya pernah menjadi juara I cabang olahraga atletik dalam Pekan Olah raga dan Seni (Porseni) tingkat kabupaten.

Lifya memahami sepenuhnya bahwa profesi seorang guru membutuhkan pengorbanan yang besar. Ia pun tidak pernah mengeluh, sebaliknya tetap dengan tekun dan ikhlas melakukan segala tanggung jawabnya. Lifya memahami bahwa tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan menuntun para murid melakukan berbagai kegiatan belajar untuk mencapai kemandirian sehingga anak didiknya kelak bisa tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.

Setelah lima tahun mengajar di Solok, Lifya memutuskan untuk pindah ke Kota Padang dan akhirnya ditempatkan di SLB Wacana Asih hingga sekarang. Di tempat ini Lifya memiliki berbagai pengalaman yang tidak kalah menarik dibandingkan ketika berada di Solok.

Di tempat baru ini Lifya selalu berangkat jam 07.00 WIB dari rumah. Jarak dari tempat tinggalnya ke sekolah sekitar 17 kilometer, ditempuh dalam waktu 30 menit.

“Rumah saya di gunung, sementara lokasi SLB Wacana Asih ada di dekat pantai,” kata perempuan yang menganggap Solok telah menggemblengnya sehingga mampu menjadi guru yang tangguh dan Padang telah membuka wawasannya untuk mulai berkiprah.

Karakteristik murid-murid di tempat barunya ini berbeda dibandingkan dengan murid-muridnya di Solok. Murid-murid SLB Wacana Asih banyak yang memiliki orangtua berpendidikan, sehingga mereka banyak yang memiliki kemampuan melukis, membaca puisi atau berpantomim.

Baik di sekolah lama maupuan yang baru, Lifya tidak menemukan hambatan berarti. Ia tetap dapat bercengkerama dengan murid-muridnya, mengajarkan mereka berbagai keterampilan yang kelak dapat digunakan untuk memulai hidup di tengah masyarakat

Prestasi buah kegigihan

Pada tahun 2010, Lifya menerima penghargaan sebagai Juara III Guru Berdedikai Tingkat Kota Padang. Setelah itu ia menjadi Juara III Guru Berdedikasi se-Kota Padang Tahun 2011 dan Juara II Guru Berdedikasi se-Kota Padang Tahun 2012.

Prestasinya berlanjut di tahun 2013 dengan meraih Juara I Guru Berdedikasi se-Kota Padang, Juara I Guru Berdedikasi Provinsi Sumatera Barat serta menjadi Juara II Guru Pendidikan Khusus Berdedikasi Tingkat Nasional.

Bagi Lifya, penghargaan yang diraihnya juga dipersembahkan untuk suaminya, Duhani (48) dan kedua anaknya, masing-masing Hasanatul Aini (20) dan Fahmi Fahrozi (17). Anak pertamanya saat ini kuliah di Jurusan PLB Universitas Negeri Padang. Meskipun belum selesai, ia sudah mengabdi dengan sukarela menjadi guru seperti dirinya.

Pilihan menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus ternyata bukan merupakan pilihan yang salah, karena dengan kegigihannya Lifya berhasil memperoleh penghargaan sebagai Guru Pendidikan Khusus Pendidikan Dasar Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2013, sebuah prestasi yang banyak diidam-idamkan oleh banyak guru di seluruh Indonesia. (ANTARA News)

read more
Berita Terkini

Pameran Pendidikan Eropa di Surabaya Ramai Peminat

Surabaya – Pameran pendidikan Eropa atau European Higher Education Fair (EHEF) Indonesia 2013 ramai dikunjungi masyarakat Surabaya. Ratusan orang tampak antusias dan memadati Ballroom Grand City tempat penyelenggaraan pameran yang digelar Uni Eropa tersebut. EHEF kali ini merupakan yang kelima digelar di Indonesia dan perdana di Kota Surabaya.

 

Gatot Gunarso, Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan Kementerian Pendidikan mengatakan pameran pendidikan ini bertujuan untuk memberi kesempatan masyarakat, baik pelajar maupun orang tua, mengetahui lebih jauh tentang sistem belajar yang ada di Eropa sekaligus bagaimana cara untuk bisa belajar di sana.

 

Sebanyak 70 perguruan tinggi dari 14 negara di Eropa memberi informasi terkait pembelajaran-pembelajaran yang ada di sana. »Mereka juga akan diberikan informasi bagaimana untuk bisa kuliah di sana, biaya hidup, dan juga wawasan terkait budaya yang ada di sana,” ujar Gatot saat membuka acara, Rabu, 9 Oktober 2013.

 

Colin Crooks, Wakil Duta Besar Uni Eropa, mengatakan saat ini, lebih dari 7.000 mahasiswa dari Indonesia melanjutkan kuliah di Eropa. Tahun ini jumlah mahasiswa Indonesia yang akan belajar ke Eropa meningkat 30 persen dibanding tahun lalu.

 

Menurut Crooks, Surabaya merupakan kota dengan jumlah perguruan tinggi dan sekolah menegah atas terbanyak kedua. Karenanya EHEF melakukan promosi di sini. »Apalagi saya melihat banyak pelajar di sini yang tertarik dan memiliki potensi untuk belajar di luar negeri.”

 

Ia mengungkapkan bahwa 30 dari 100 universitas terbaik di dunia berada di Eropa. Itulah yang ia kira bakal menarik minat siswa untuk melanjutkan belajar di sana. Lebih dari itu, Crooks menekankan kepada masyarakat bahwa melanjutkan kuliah di luar negeri tidak hanya untuk keperluan akademik, tapi juga untuk pengalaman hidup dan mendewasakan diri.

 

Pengalaman langka itu juga akan sangat membuka wawasan dunia, belajar bahasa, teman-teman baru, dan saling toleransi terhadap kultur dan tradisi masing-masing orang. »Di Eropa, masyarakatnya sangatlah beragam,” katanya.

 

Dari situ ia berharap masyarakat Indonesia tetap antusias terhadap pelaksanaan program ini. »Ini sekaligus untuk meningkatkan mutu pendidikan kita,” kata Gatot menambahkan. Crooks dan Gatot terkesan terhadap animo warga Surabaya dalam menyambut pameran yang hanya berlangsung satu hari ini.(TEMPO.CO)

read more
Berita Terkini

PENGARUH BACAAN AL-QUR’AN KE OTAK

al-quran-150x150

“Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur’an…”.

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur’an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.

Al-Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur’an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur’an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur’an memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).

Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. 7: 204).(Strawberry)

read more
Berita Terkini

Mahasiswa STAIN adakan Seminar Pendidikan

LHOKSEUMAWE-Himpunan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (HIMA-PAI) Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh Lhokseumawe, Sabtu (12/10) mengadakan seminar pendidikan di kampus setempat.
Seminar itu menghadirkan pemateri, Usman dosen dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Tgk Ismail, Direktur Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Masyarakat (LP3M) Islamic Lhokseumawe, Prof Hadi Arifin, Mantan Rektor Universitas Malikussaleh dan mantan ketua STAIN, Hafifuddin.
Kegiatan itu diikuti ratusan mahasiswa dari sejumlah kampus di Lhokseumawe dan Aceh Utara. ” Tujuan seminar untuk memberi pemahaman bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tak bisa dipisahkan dari iman dan taqwa, “Ketua Panitia, Fadli dalam siaran pers yang diterima serambi, kemarin. (Serambinasional)

read more