close

20 November 2013

Berita Terkini

Cara Jepang Menjaga Warisan Sejarah

irsyadillahOLEH IRSYADILLAH, Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, melaporkan dari Tokyo

SELAMA dua minggu di Jepang saya sempat mengunjungi beberapa kota besar dan bersejarah seperti Kyoto, Osaka, Kobe, dan Nara. Sama seperti orang lain yang telah mengunjungi atau tinggal di Negeri Matahari Terbit ini, saya juga kagum pada negara ini. Saya saksikan banyak hal positif yang dimiliki negara dengan gross domestic product (GDP) tertinggi ketiga setelah Amerika Serikat dan Cina ini.

Sama seperti negara maju lainnya, Jepang juga sangat bagus dalam menjaga warisan sejarah. Mereka menginvestasikan berjuta-juta yen untuk merestorasi bangunan-bangunan bersejarah agar tetap berwujud aslinya. Termasuk bangunan-bangunan yang hancur selama Perang Dunia II. Tentu saja tidak sedikit biaya yang dibutuhkan untuk menjaga bangunan-bangunan kuno seperti kastil dan kuil (temple) yang sudah berumur ribuan tahun. Misalnya, Todai-ji Temple yang terletak di kota tua Nara, dibangun tahun 728 Masehi.

Jepang juga sangat tepat dijadikan referensi dalam hal menjaga memori bersejarah. Seperti yang dilakukan oleh Museum Gempa Kobe (Kobe Earthquake Memorial Museum), sehingga masyarakat Jepang dan dunia bisa merasakan bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh dahsyatnya gempa yang melanda Kota Kobe. Kebijakan seperti ini tentu saja didasarkan pada pentingnya menjaga warisan sejarah dan budaya. Tapi kebijakan ini juga membawa berkah ekonomi yang tidak sedikit, karena jutaan turis mancanegara datang ke Jepang setiap tahun untuk mengunjungi lokasi-lokasi bersejarah ini.

Saya juga kagum pada karakter dan kepribadian masyarakat Jepang yang telah menjadikan negara ini memimpin (leading) dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Mereka sangat disiplin dengan waktu. Kedisiplinan memang merupakan karakter yang paling terkenal dari bangsa Jepang. Kita akan ditingalkan oleh bus, taksi, apalagi kereta api kalau telat beberapa detik saja.

Contoh lain, membuang sampah sudah ada jadwalnya untuk masing-masing jenis sampah. Setiap jenis sampah harus dimasukkan ke dalam kantong dengan warna yang telah ditentukan, kalau tidak maka mobil pengangkut sampah tak akan mengambilnya. Kedengarannya sederhana, tapi tentu saja tak mudah dilakukan oleh semua orang karena berhubungan dengan perkerjaan yang terus berulang.

Saya juga menyaksikan mereka sangat disiplin dalam berlalu lintas. Tak akan kita temukan pengendara yang menerobos lampu merah atau mengendarai kendaraan di jalur yang salah. Pengendara tetap mengendari sepedanya di jalur yang disediakan. Demikian juga dengan masalah parkir, sulit kita temukan kendaraan yang parkir secara liar.

Perihal berlalu lintas ini memang telah diajarkan sejak TK karena pendidikan dasar di Jepang lebih ditekankan pada perkembangan sikap dan mental daripada kemampuan inteligensia. Jadi, kita tak perlu heran bus yang dipenuhi oleh anak-anak muda tetap saja sunyi. Mereka tidak ribut, karena sudah paham orang lain di bus akan terganggu dengan sikap dan tingkah laku mereka. Apalagi yang merokok, sudah pasti tak ada yang nekat melakukannya di bus.

Dari semua itu, yang paling saya kagumi dari Jepang adalah ternyata mereka tidak kapitalis. Memang benar ada begitu banyak perusahaan Jepang yang menguasai bisnis tertentu di sebuah negara bahkan di dunia. Di Indonesia saja, begitu banyak perusahaan Jepang yang ikut andil dalam bisnis seperti migas, otomotif, dan elektronik. Bahkan perusahaan Jepang juga terlibat dalam bisnis retail dan restoran seperti Lawson, 7 Eleven, dan Hanamasa. Perusahaan-perusahaan Jepang ini sangat mudah ditemukan di kota-kota besar bahkan kecil di Indonesia. Di negara kita sangat mudah dijumpai perusahaan-perusahaan multinasional, hampir merata dibuka cabangnya di seluruh Indonesia. Kita tentu saja tak asing lagi dengan KFC, Pizza Hut, dan McDonald.

Tapi ternyata ketika saya susuri jalan-jalan utama di kota besar Jepang seperti Osaka dan Kyoto, sangat sulit ditemukan merek-merek internasional seperti KFC, McDonald, Pizza Hut, Carrefour, apalagi merek-merek asal Indonesia. Sepanjang jalan yang saya temukan adalah restoran dan retail asli Jepang yang menjual produk asli Jepang. Di sini juga sangat sulit kita temukan merek-merek seperti BMW, Mercedes, dan Ford. Mereka hampir semuanya mengunakan mobil yang di produksi negerinya sendiri. Tentu saja hal ini berbeda dengan negara kita. Semua bangga menggunakan produk impor.

Memang banyak sekali hal menarik yang bisa dieksplor dan dipelajari dari Jepang. Negara ini memang layak dijadikan contoh dan dikagumi walaupun tentu saja tidak dengan membabi buta, karena ada juga banyak hal yang tidak sesuai dengan karater budaya kita. Tentu saja tak usah dicontoh kebijakan mereka yang satu ini, jalanan mereka bebas dari sepeda motor, tetapi mereka gencar sekali menjual produk ini di negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
[email penulis:  irsyadillah@yahoo.co.uk]

read more
Berita Terkini

Mahasiswa Unimal Demo Rektorat

Unimal edit

LHOKSEUMAWE – Sekitar 300-an mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal), Selasa (19/11) berdemo di depan Gedung Rektorat kampus utama, kawasan Reuleut, Kecamatan Muara, Batu Aceh Utara. Mereka mendesak pihak rektorat mengevaluasi kembali pengelolaan Uang Kuliah Tunggal (UKT).

“UKT terbagi atas lima kelompok yang berdasarkan pendapatan ekonomi berpeluang memecah belah mahasiswa. Padahal, tujuannya meringankan biaya pendidikan dan menghindari pengutipan tak terduga di kampus. Kami menuntut transparansi alokasi UKT,” ujar Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unimal, Firdaus Noezula, dalam orasinya saat aksi tersebut.

Menurutnya, ada dua persoalan yang terjadi dalam pengelolaan UKT tersebut. Pertama, sebut Firdaus, belum maksimalnya pengawasan sehingga pembagian kelompok UKT tidak tepat sasaran dan kedua pihak rektorat tidak menyepakati hasil audiensi dengan Ormawa tentang penerapan SPP tunggal. Dalam aksi yang dikoordinasi BEM tersebut, perwakilan pendemo juga menyerahkan 600-an berkas pengaduan mahasiswa terkait penerapan UKT ke rektorat.

Pembantu Rektor III Unimal, Dahlan Abdul Rahman SAg MSi yang menerima kedatangan pendemo mengatakan, pihaknya tak pernah berniat menutup-nutupi UKT yang disebut-sebut tidak tepat sasaran dan berpotensi memecah belah mahasiswa. Namun, ia juga belum sepakat dengan tuntutan mahasiswa karena masalah itu harus dibicarakan dulu dengan rektor.

“Saya belum bisa tandatangani tuntutan mahasiswa karena harus  membahasnya dengan rektor lebih dulu. Beliau sekarang sedang di Jakarta, jadi silakan kembali lagi pada hari Selasa, 26 November nanti,” jelas Dahlan.

Barisan  mahasiswi tampak berada di barisan depan saat demontrasi menuntut transparansi UKT di depan gedung Rektorat Unimal. Mereka berdiri dan merapat hingga ke bibir teras gedung. Dengan membawa spanduk dan memakai umbul-umbul, kaum perempuan itu berteriak memperjuangkan haknya. “UKT harus transparan. Jangan ada lagi praktik bisnis di dunia pendidikan,” pekik seorang mahasiswi penuh emosi.

Pekikan itu disambut yel-yel tanda setuju dari mulut mahasiswi lainnya. Angin demokrasi dan kesetaraan berembus kencang di kampus perguruan tinggi negeri kedua di Aceh itu. Demo berlangsung tertib di bawah rintik-rintik hujan. Namun, mahasiswi itu harus kembali bersabar karena aksinya itu belum membuahkan hasil.(aceh.tribunnews.com)

read more
Berita Terkini

Wagub: Perangi Narkoba Melalui Sekolah

LANGSA — Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf, memandang perlu memasukkan pelajaran anti narkoba dalam kurikulum sekolah. Langkah ini perlu segera dilakukan untuk mencegah secara konferhensif, kerusakan kehidupan bernegara generasi Aceh khususnya dan umumnya Indonesia di masa yang akan datang.

“Pemberantasan narkoba tak cukup dengan hanya membebankan pemerintah saja, tapi masyarakat termasuk sekolah harus ambil bagian dalam berperang melawan peredaran barang haram itu,” kata pria akrab disapa Mualem, di hadapan para siswa dan pendidik di SMAN 2 Langsa, Minggu (17/11).

Saat itu Wagub Aceh, didampingi Wali Kota Langsa, Usman Abdullah, Kepala Dinas Pendidikan Langsa, H Jauhari Amin SH MH, dan pejabat serta staf jajaran Pemerintah Aceh, menyempatkan diri singgah SMAN 2 Langsa, usai meninjau realisasi sejumlah proyek yang didanai anggaran Otonomi Khusus (Otsus) Pemerintah Aceh tahun 2013, yang ada di wiyalah Kota Langsa.

Menurut Wagub, dengan masuknya bahaya narkoba dalam kurikulum sekolah, diharapkan para siswa akan mengerti tetang bahayanya dampak dari narkoba tersebut. Bahkan selama ini banyak generai muda tidak tahu bahaya narkoba itu, sehingga memakai narkoba itu dengan gampang, demi kenikmatan sesaat, senang-senang, maupun hanya untuk pergaulan saja.

Oleh karenanya Muzakkir Manaf menyebutkan, memerangi narkoba sangat efektif dilakukan dan dimulai dari kurikulum sekolah, yang akhirnya akan membawa dampak baik di masa yang akan datang, dan generasi ke depan terbebas dari narkoba. Harus dipahami, bahwa selain merusak badan, nakorba juga akan membawa si pemakaianya kepada ancaman kurungan penjara, karena narkoba sangat dilarang di negara manapun.

Ia mencontohkan, berapa banyak orang yang rela hidupnya bergantung pada narkoba, akhirnya harus menjadi pelaku kriminal demi mendapatkan uang, agar dapat membeli narkoba itu. Begitu juga untuk hal-hal lain, harta benda akan habis bila mengikuti menggunakan barang haram tersebut. Oleh karenanya dampak narkoba ini sangat merugikan kita semua, baik bangsa dan masa depan mereka sendiri. “Saya selaku Wakil Gubernur Aceh, berharap peran sekolah dalam membentengi generasi muda Aceh ke depan, agar generasi kita tidak jatuh dalam lingkaran hitam narkoba,”tegasnya.(c42)

read more