close

10 Mei 2017

Cerpen

Tersenyumlah untuk Dirimu Sendiri

Hari itu lagi-lagi tidak berjalan seperti yang kuharapkan. Aku kembali gagal mendapatkan project baru. Aku sudah menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk merencanakan project ini ternyata aku gagal mendapatkannya. Tugas akhir juga sepertinya tidak menunjukkan titik terang. Aku masih belum mendapatkan ide hal yang harus kulakukan untuk tugas akhirku. Kata orang hidup bagaikan panggung sandiwara, bagaikan film, kalau gitu rasanya aku ingin melakukan fast forward sehingga bagian ini cepat berakhir. Seandainya hidup semudah itu, sayangnya tidak ada tombol fast forward yang dapat kutekan.

Aku memutuskan untuk pergi ke halte bus dekat rumah dan duduk sejenak disana dengan harapan dapat melihat seorang oma yang selalu duduk dan merajut di halte tersebut sambil menjual rajutannya. Sebenarnya aku penasaran dengan oma tersebut. Ia sepertinya hidup serba berkekurangan, setiap kali aku melihatnya, ia selalu menggunakan baju yang sudah lusuh dan penuh dengan tambalan, walaupun begitu oma tersebut selalu tersenyum, entah itu ketika sedang merajut atau ketika sedang tidak merajut. Sepertinya aku tidak pernah melihatnya tidak tersenyum, sehingga membuatku berpikir bagaimana oma tersebut dapat tetap bahagia padahal hidupnya sepertinya tidak lebih baik bahkan mungkin lebih parah dibandingkanku.

“Misi nak, kursinya kosong? Boleh duduk disini?” Tanya oma yang datang dengan agak membungkuk dan tersenyum sambil membawa kantong plastik yang berisi berbagai macam alat-alat rajutan dan rajutannya di kedua tangannya.

Aku pun berdiri dan membantu oma tersebut mengangkat barang bawaannya dan mempersilahkannya duduk.

“Terima kasih,” ucap oma tersebut lalu duduk sambil tetap tersenyum.

“Sama-sama oma, ” ucapku sambil menaruh barang bawaan oma tersebut lalu duduk di sebelah oma tersebut.

“Halo nak, kamu namanya siapa? Oma sering melihat kamu di sekitar sini, tingggal daerah sini?” Tanya oma ramah kepadaku.

“Namaku Nessa oma, iya aku tinggal di daerah sini dan sering kesini. Oma tinggal daerah sini juga?”

“Iya, oma tinggal di dekat kuburan,” jawab oma tersebut sambil tetap tersenyum.

“Ooo, oma tinggal sama siapa? Sudah lama tinggal disitu?” Tanyaku selanjutnya.

“Oma tinggal sendiri. Tinggal disana hampir satu tahun.”

“Lho?! Kog tinggal sendiri? Tidak tinggal sama keluarga?”

“Iya, oma sudah tidak punya keluarga. Suami dan anak oma sudah meninggal, jadi tinggal sendiri.”

“Maaf oma, aku ga tau.”

“Iya, tidak apa-apa.”

“Sebelum tinggal di daerah sini tinggal dimana? Kenapa pindah?”

“Dulu oma tinggal di daerah Jakarta Timur, pindah karena yang punya rumah sudah meninggal, lalu anaknya ingin memakai tempatnya jadi oma diminta pindah,” jawab oma sambil tetap tersenyum.

“Lalu, oma kog bisa pindah sampai sini? Sini kan jauh sekali dari Jakarta Timur.”

“Dulu oma tinggal di Jakarta Timur karena pemilik rumah yang dulu menawarkan oma tinggal disitu, tetapi karena sekarang sudah tidak ada, oma ingin tinggal dekat dengan suami dan anak oma. Disini oma tinggal dekat dengan kuburan suami dan anak oma. Biayanya juga jauh lebih murah dibandingkan disana. ”

Mendengar jawaban oma tersebut, aku hanya kaget dan terdiam tidak tahu harus merespon apa.

Sepertinya oma tersebut menyadari bahwa aku merasa sedih dan tidak enak, sehingga oma tersebut berkata sambil tetap tersenyum,” Jangan jadi sedih nak, tidak apa-apa kog. ”

“Oma kog masih bisa tersenyum? Malah selalu tersenyum padahal hidup oma juga gak mudah,” tanyaku secara refleks begitu melihat oma tersebut berkata seperti itu sambil tersenyum.

“Bukan berarti kalau ada masalah atau menghadapi banyak kesulitan tidak boleh tersenyum. Tersenyum hak setiap orang. Apakah dengan marah-marah dan menggerutu dapat mengurangi masalah atau kesulitan kita? Daripada marah-marah dan menggerutu lebih baik tersenyum. Tersenyum belum tentu dapat menyelesaikan masalah kita, tapi dapat memberikan kebahagiaan ke diri kita sendiri dan orang lain, ” jawab oma tersebut sambil memegang tanganku dan tersenyum lebih lebar lagi dari sebelumnya.

“Kalau ada masalah, kita saja sudah stress sendiri, bagaimana bisa bahagia oma? Lagian, kenapa harus membahagiakan orang lain, mereka saja belum tentu peduli sama kita dan orang lain juga belum tentu bahagia ngeliat kita tersenyum, bisa saja dia malah sebel melihat kita tersenyum sedangkan dia lagi banyak masalah.”

Oma tersebut kembali melebarkan senyumannya sambil mengangguk dan menepukkan tangannya di tanganku sambil berkata, “Dibandingkan melihat orang yang marah-marah, bukankah lebih menyenangkan melihat orang tersenyum? Jika mereka tidak senang dengan senyuman kita juga tidak apa-apa. Sama seperti kita mempunyai hak untuk tersenyum, mereka juga mempunyai hak untuk tidak tersenyum, mereka juga mempunyai hak untuk tidak senang dengan senyuman kita, walaupun begitu tetap lakukan apa yang kamu anggap baik. Lakukan untuk diri kamu sendiri bukan untuk orang lain. Oma pernah membaca satu kalimat mutiara yang berbunyi bahwa ketika kamu berbuat baik, walaupun orang lain tidak menghargai perbuatanmu tetaplah berbuat baik. ”

Mendengar itu, bukannya aku tambah mengerti, aku malah tambah tidak mengerti dengan perilaku dan pola pikir si oma. Kalau begitu bukankah usaha kita sia-sia? Tapi ya sudah lha, aku juga tidak berusaha untuk mengerti lebih lanjut pemikiran si oma. Mungkin memang perbedaan usia dan perbedaan pola pikir juga, pada dasarnya manusia berbeda-beda, yang pasti bertemu dengan oma membuat mood-ku menjadi lebih baik.

Tiba-tiba beberapa orang datang menghampiri oma untuk melihat-lihat barang dagangannya, aku pun tidak mau mengganggu lebih lanjut, sehingga aku pamitan kepada oma.

Keesokan harinya aku pun kembali duduk di halte tersebut dengan harapan kembali bertemu dengan sang oma. Pada saat itu, berbeda seperti biasanya, oma datang dan berjalan dengan sedikit terpincang-pincang tetapi tetap dalam keadaan ceria dan tersenyum. Melihat hal tersebut, aku segera menolongnya untuk duduk.

Selama berjalan ia terus tersenyum tapi di balik senyumannya tersebut, aku dapat melihat kesakitan. Aku tahu ia berusaha untuk menahan kesakitannya tersebut dan tetap tersenyum dibalik kesakitannya. Aku pun mengatakan kepadanya “Oma, dimana yang sakit? Sudah ke dokter? Tidak apa-apa kalau oma tidak tersenyum, oma tidak harus memaksakan diri untuk tersenyum di depanku.”

Tetapi oma itu malah menjawab, “Oma bukan tersenyum karena terpaksa tersenyum, karena oma memang ingin tersenyum. Oma bahagia dengan tersenyum dan menjadi lebih bahagia lagi kalau orang lain juga dapat bahagia serta tersenyum melihat oma”

“Tetapi belum tentu mereka melihat dan menghargai senyuman oma, lagian senyuman oma belum tentu berarti banyak bagi mereka dan belum tentu membuat mereka mengingat oma,” jawabku dengan sedikit emosi. Aku sedikit emosi karena, aku belakangan ini merasa setiap hal yang kulakukan sia-sia dan tidak dihargai sama sekali. Memang aku seharusnya tidak melampiaskan itu kepada oma, tetapi melihat oma seperti itu membuatku sedikit kasihan dan iba serta emosi, kenapa oma masih memikirkan orang lain padahal orang lain saja belum tentu memikirkan atau menghargai kita.

“Setidaknya kamu melihat senyuman oma kan? Oma tidak melakukannya untuk diingat dan dihargai. Oma hanya melakukan yang bisa dilakukan untuk membuat hari seseorang menjadi sedikit lebih baik dan mengingatkan orang bahwa setiap orang mempunyai hak untuk tersenyum serta ada berbagai macam alasan untuk tersenyum. Satu orang saja yang bahagia dan ikut tersenyum sudah dapat membuat oma lebih bahagia dan bersyukur. Kamu juga bisa mencoba untuk selalu tersenyum, tersenyum bisa membawa kebahagiaan dan membuat hari jadi lebih baik,” ucapnya dengan lembut sambil tersenyum dan memegang tanganku.

Aku hanya membalas saran oma dengan senyuman. Mungkin aku tidak akan pernah bisa seperti oma tersebut dan tidak akan sepenuhnya dapat mengerti apa yang dikatakan oleh oma tersebut. Tapi memang senyuman oma membawa ketenangan, dengan melihat senyumannya aku pun jadi ingin tersenyum dan merasa bahwa ternyata masalah yang sedang kuhadapi tidak sebesar yang dikupikirkan, sekaligus merasa malu oma yang mengalami lebih banyak kesulitan saja masih bisa tersenyum dan menikmati hidup. Bagaimana denganku?

Ketika sedang berbincang-bincang, tiba-tiba ada orang yang datang berjalan ke arah kita sambil membawa beberapa bungkusan di tangannya. Orang tersebut datang menghampiri oma dan menyerahkan beberapa bungkusan sambil berkata,” Nek, aku berharap nenek dapat menerima bungkusan ini. Bungkusan ini sebagai bentuk terima kasihku kepada nenek.”

Oma terlihat bingung melihat orang tersebut berterima kasih dan menyerahkan bingkisan kepadanya.

“Mungkin nenek tidak menyadarinya, tetapi beberapa bulan yang lalu aku duduk di halte ini karena sedang depresi dan merasa bahwa tidak ada orang yang menyadari kehadiranku. Pada saat itu, aku sempat berpikiran untuk mengakhiri hidupku sendiri, karena toh tidak ada orang yang peduli. Saat itu, tiba-tiba aku melihat nenek datang ke halte ini sambil membawa beberapa bungkusan dan tersenyum dengan ramah. Entah kenapa pada saat melihat senyuman nenek, membuat aku merasa lebih tenang dan merasa bahwa masih ada harapan. Setelah itu, aku berusaha untuk bangkit. Setiap kali aku mulai merasa jatuh lagi, aku akan kembali ke halte ini untuk melihat nenek merajut sambil tersenyum, entah kenapa dengan melakukan hal tersebut saja dapat memberikan kekuatan sendiri kepadaku. Sekarang, aku sudah dapat bangkit dan kehidupanku menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, aku ingin berterima kasih kepada nenek, sekirannya nenek mau menerima bingkisan ini,” ucap orang tersebut sambil tersenyum.

Melihat hal tersebut membuatku menyadari bahwa memang mungkin yang kita lakukan belum tentu dihargai setiap orang, tetapi mungkin berharga bagi seseorang. Hal yang kecil dan mudah bahkan tidak ada artinya bagi kebanyakan orang mungkin berarti bagi seseorang. Kita juga seharusnya melakukan sesuatu bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri dan dengan hati. Terima kasih oma, kamu telah mengajarkan begitu banyak pelajaran berharga, mungkin tanpa oma sadari hal kecil yang oma lakukan ini juga memberikan arti yang berharga buat satu orang lagi.

BY

read more
Kegiatan

Himapka FKIP Unimal Adakan Seminar Pendidikan Nasional

Lhokseumawe – Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika (Himapka) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Malikussaleh mengadakan Seminar Pendidikan Nasional di Aula Sultan Malikussaleh, Reuleut, Sabtu, 06 Mei 2017.

Seminar Pendidikan Nasional dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional dilaksanakan Himapka dengan mengambil tema “mentalku kuat, calon pendidik hebat.”

Seminar ini menghadirkan Keynote Speaker dari Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe, Bapak Drs. Ikhwansyah, MA, Kabid Tenaga Pendidik dan Kependidikan dan didampingi oleh Mursalin, S.Pd.M.Pd yang juga dosen Prodi Pendidikan Matematika.

Acara dibuka oleh Kaprodi Pendidikan Matematika, Iryana Muhammad, S.Pd.I, M.Pd. Dalam sambutannya, mengharapkan kegiatan seminar ini dapat menambah wawasan tentang pendidikan, guru profesional, guru hebat bermental kuat bagi mahasiswa calon guru matematika.

“saya berharap dengan seminar ini dapat menambah wawasan tentang pendidik hebat, yang mempunyai mental kuat, dan profesional,” ungkap Kaprodi.

Peserta seminar dihadiri oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unimal, angkatan 2015, dan angkatan 2016 yang berjumlah 137orang. Selain itu, juga dihadiri oleh para dosen di lingkungan FKIP Unimal.

Dalam paparan seminar, Bapak Drs. Ikhwansyah, MA mengatakan bahwa untuk menjadi guru profesional, guru harus memiliki empat komptensi, kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan profesional. Jika guru sudah memiliki keempat kompetensi ini, maka guru tersebut sudah memiliki kompetensi sesuai yang disyaratkan dalam UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (mur)

(sumber:http://www.acehbaru.com)

read more
Artikel

Anak Tukang Becak Ini Jadi Mahasiswa ITB dengan IPK 4,0

acehbaru.com | Jakarta – Herayati, mahasiwa terbaik FMIPA ITB dengan Index Prestasi Kumulatif (IPK) 4 asal Kota Cilegon dilahirkan dari keluarga sederhana. Ayahnya, Muhammad Sawiri sehari-hari bekerja sebagai tukang becak.

“Sehari-hari saya tukang becak, narik di lingkungan rumah sakit Krakatau Medika. Sehari-hari narik di situ,” kata Sawiri saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, Banten Minggu (12/2/2017).

Jaringan Pelajar Aceh– Anak Tukang Becak Ini Jadi Mahasiswa Terbaik ITB dengan IPK 4,0. Semasa sekolah dulu, Sawiri mengatakan anaknya gemar sekali belajar matematika. Waktu masih Sekolah Dasar (SD), Herayati pernah bertanya kepada dirinya tentang kunci mempelajari ilmu hitungan ini.

 

Dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pulomerak menurut Sawiri, anaknya pun tidak pernah lepas dari prestasi.

Mengenai kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah, Sawiri mengaku tidak terlalu memperhatikan secara utuh. Namun, begitu pembagian rapor yang ia tahu anaknya selalu saja mendapatkan peringkat. Sewaktu lulus dari SMA, anaknya pernah ditanya oleh wali kota Cilegon mau melanjutkan kuliah dimana. Katanya mau ke ITB dan Alhamdulillah sekarang di sana.

Menurut Sawiri, Herawati adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Sewaktu Hera masih bayi, ia mengaku sudah bekerja sebagai tukang becak di lingkungan rumah sakit Krakatau Medika, Cilegon. Keluarga di rumah menurutnya mendukung penuh pendidikan yang ditempuh oleh Hera. Apalagi, selama di ITB anaknya tersebut mendapatkan beasiswa dari pihak kampus.

read more
Berita Terkini

Aceh Youth Leaders School Dibuka di Bireuen

 

BIREUEN – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Aceh, Fachrul Razi membuka Sekolah Pemimpin Muda Aceh (SPMA) atau Aceh Youth Leaders School di Aula Hotel Fajar Bireuen, Minggu (7/5/2017).Turut hadir Kapolres Bireuen, AKBP Heru Novianto, dan Dandim Bireuen yang diwakili Pasi

Ketua Panitia SPMA, Yusri kepada mengatakan, SPMA ini diikuti 207 peserta. “Kita harapkan pemuda bisa menjadi pemimpin muda terbaik di Aceh umumnya, dan  khususnya di Kabupaten Bireuen,” katanya

Jaringan Pelajar Aceh- Keadaan dan aktivitas pemuda banyak berpengaruh terhadap keadaan lingkungan, alam, dan sistem kemasyarakatan. Dengan kata lain, keadaan lingkungan, alam, dan sistem kemasyarakatan bisa tergantung pada keadaan dan aktivitas para pemudanya. Oleh karena itu, pemuda memegang peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam kehidupan ini untuk menjadi pemimpin khususnya di bidang pendidikan untuk generasi yang lebih baik. Pemuda merupakan bagian dari masyarakat yang produktif.

Dalam hal di atas berarti pemuda dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan. Selain itu, pemuda juga harus memiliki moral dan kelakuan yang baik serta memiliki kesadaran dan rasa tanggung jawab yang tinggi untuk mengelola komponen-komponen kelangsungan kehidupan dalam masyarakat terutama di bidang pendidikan.

read more
Berita Terkini

Siswa Miskin dan Prestasi di Subulussalam Segera Dapat Beasiswa

Jaringan Pelajar Aceh.com – Berdasarkan  Peraturan Wali Kota (Perwal) Subulussalam tentang pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi dan tidak mampu di daerah ini akan segera diterbitkan.
Wakil Wali Kota Subulussalam, Salmaza selaku inspektur upacara pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Lapangan Sada Kata Kota Subulussalam menegaskan itu usai membacakan pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendy, Selasa (2/5/2017).

Membacakan pidato Mendikbud dikatakan, pendidikan berlangsung di tiga titik, yakni keluarga, sekolah dan lingkungan serta tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

Dikatakan bahwa, reformasi pendidikan pada tataran aksi ditandai dengan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (GPPK) dan Gerakan Literasi Nasional (GLN).

Berdasarkan Reformasi pendidikan nasional membutuhkan proses jangka panjang sehingga perlu dilaksanakan secara sistematis, kondusif serta berprosedur dan bertahap dengan dukungan semua dari insan dunia pendidikan.

read more
ALCoB

Pemerintah Aceh Daftarkan Nisan Kuno ke UNESCO

Batu nisan peninggalan Kerajaan Aceh dipamerkan di Meseum Aceh, Banda Aceh, Selasa, 9 Mei 2017. Nisan akan didaftarkan ke UNESCO. (Tempo/Adi Warsidi)

Banda Aceh – Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam tengah mempersiapkan kelengkapan dokumen agar nisan kuno koleksi Museum Aceh diakui sebagai warisan dunia. Mereka akan mendaftarkan nisan-nisan tadi ke UNESCO. “Agar mendapat pengakuan sebagai warisan dunia,” kata Sekretaris daerah Aceh, Dermawan, Selasa 9 Mei 2017.

Museum Aceh memamerkan puluhan dari limaribuan batu nisan pada Selasa 9 Mei 2017. Puluhan batu nisan itu dipajang di atas balok warna putih dalam Museum Aceh. Ada yang dipercaya berusia empat abad, adapula yang berusia sembilan abad. Batu nisan itu memiliki bentuk yang berbeda dari batu nisan yang jamak ditemui pada masa kini.

Nisan-nisan itu berwarna kuning keemasan. Lekukan-lekukan dan pahatan di keempat sisinya dekat kepada peradaban Islam yang berkembang di Nanggroe Aceh Darussalam. Di dekat deretan nisan tadi, gambar-gambar batu nisan masa lalu juga dipajang di tembok museum. Foto itu diambil dari pusat-pusat peradaban masa lalu Nanggroe Aceh Darussalam.

Batu-batu nisan serupa memang banyak ditemukan di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, Brunei dan Filipina. Dermawan menganggap kesamaan model batu nisan itu menandai hubungan Aceh dengan negara tetangga, khususnya di Asia Tenggara.

Limaribuan koleksi batu nisan kuno Museum Aceh ini berasal dari bekas Kerajaan Lamuri Aceh Besar, bekas Kerajaan Samudera Pasai di Aceh Utara, dan peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam. Kepala Museum Aceh, Jubaidah mengatakan semua koleksi museum itu dipamerkan hingga 12 Mei nanti.  “Di luar waktu ini, ruang museum terbuka untuk pengunjung,” kata dia. (Tempo)

read more
Kegiatan

Punya Kampus Baru, Universitas Ini Beri Pendidikan Internasional

Liputan6.com, Jakarta Kampus menjadi tempat penting untuk menimba ilmu, sekaligus menumbuhkan minat mahasiswa untuk menggali pengetahuan. Untuk itu, Swiss German University (SGU) meresmikan kampus baru untuk seluruh jajaran civitas akademika pada Rabu, (3/5/2017).

“Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2017 dan sebagai bentuk komitmennya untuk memajukan pendidikan Indonesia, SGU akan terus berdiri dan memberikan program terobosan yang tidak hanya mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga karakter yang luhur,” ujar Dr. rer. nat. Filiana Santoso.

Sebagai universitas internasional pertama di Indonesia, SGU selama 17 tahun mempersiapkan mahasiswanya dengan keahlian, pengetahuan dan pengalaman kerja berkualitas internasional. Para mahasiswa juga dididik untuk menerapkan pengetahuan mereka agar siap menghadapi global, salah satunya menghadapi era pasar bebas Asia Tenggara, atau MEA.

Kampus menjadi tempat penting menumbuhkan minat mahasiswa untuk menggali pengetahuan.
Kampus baru yang berada di The Prominence Tower, Alam Sutera, Tangerang ini direncanakan untuk jangka waktu dua hingga tiga tahun ke depan, sampai pembangunan gedung kampus permanen SGU terealisasi. Peresmian kampus baru juga menjadi bentuk prioritas dan komitmen SGU dalam menghadirkan layanan pendidikan yang berkualitas dan berorientasi internasional.

“Diharapkan akan semakin banyak yang diciptakan, dibuat dan inovasi oleh SGU serta ke depannya akan bermanfaat bagi masyarakat. Seiring dengan keberadaan program pendidikan yang berbasiskan pada teknologi dan masyarakat di SGU,” ungkap Agus Pudji Prasetyo, Staf Ahli Bidang Relevansi dan Produktivitas Kemenristekdikti.

Dengan kerjasama yang terjalin dengan 17 universitas yang tersebar di Jerman dan Swiss, serta 250 perusahaan besar dari dalam dan luar negeri, diharapkan Kampus SGU dapat diakui secara global. Ke depannya universitas ini optimis memiliki integritas dan budaya belajar yang unggul dengan pencapaian terbaik.

(sumber:http://lifestyle.liputan6.com)

read more
Berita Terkini

Tangannya Buntung, Pak Untung, 25 Tahun Mengajar dengan Dua Kaki

Pak untung saat mengajar anak didiknya. (istimewa)

JAKARTA – Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei kemarin, menjadi momentum untuk mengingat kembali sejarah pendidikan di Indonesia. Tersirat kabar dari seorang guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Jawa Timur yang hingga kini masih mengabdikan diri dengan mengajar meski mengalami keterbatasan fisik (Difabel).
Dikutip dari akun Instagram Good News From Indonesia, Guru itu bernama Untung, siswa di MI Miftahul Ulum Sumenep, Madura, akrab menyapanya “Pak Untung”. Selama sekitar 25 tahun mengajar, Pak Untung tidak pernah lelah menulis menggunakan kaki kanannya.
Meskipun yang ia tulis adalah lafal-lafal ayat suci Al-Quran, tulisan kaki Untung sangat rapi dan bisa dipahami orang lain, termasuk siswa-siswanya.

(Sumbert: https://www.goaceh.co/berita/baca/2017/05/04/tangannya-buntung-pak-untung-25-tahun-mengajar-dengan-dua-kaki#sthash.TgptP9K9.a901Oiqt.dpuf)

read more
Artikel

Dalam Konteks Pendidikan, Guru Juga Dilindungi Undang-Undang

Pembukaaan sosialisasi Kebijakan dan Peraturan Pendidikan dan Regulasi Pendidikan, di Aula Lama Setdakab Bireuen, kemarin. [Joniful Bahri]

 

BIREUEN – Guru merupakan pendidik profesional dan termasuk kaum entelektual, namun tidak dipungkiri masih banyak guru yang kurang pemahamannya terkait peraturan perundang-undangan, terutama sektor pendidikan.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bireuen, Nasrul Yuliansyah, saat membuka sosialisasi Kebijakan dan Peraturan Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Tentang Regulasi Pendidikan, di Aula Lama Setdakab Bireuen, Kamis (4/5/2017) kemarin.

Menurut Nasrul, dengan adanya kegiatan sosialisasi ini, para guru-guru di Kabupaten Bireuen mampu menambahkan pemahaman tentang UU mengenai Guru, UU Perlindungan Anak, maupun Peraturan Pemerintah yang menyangkut dengan guru.

“Sosialisasi ini akan mempermudah dalam bertugas, dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai tugas dan fungsi tenaga kependidikan, bekerja dalam melaksanakan tugasnya di sekolah,” sebutnya.

Panitia kegiatan, Alfian kepada GoAceh menyebutkan, kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Aceh dan Solidaritas Guru Muda Aceh (Sigma) diikuti 230 orang peserta terdiri dari guru TK, SD, SMP, SMA dan SMK dalam wilayah Kabupaten Bireuen.

“Sosialisasi dengan tema ‘Kerja Nyata Untuk Pendidikan’ ini diharapkan mampu memberi pemahaman yang komprehensif untuk para guru secara utuh, di samping mengerti dengan aturan perundang-undangan,” katanya.

Dengan adanya pemahaman ini, tambah Alfian, para guru dapat membentengi dirinya dari kesewenang-wenangan dan perilaku yang selama ini dianggap kurang layak dan wajar.

Selama sosialisasi ini, pihaknya menghadirkan Kompol Elfiana, dari Perlindungan Perempuan dan Anak Polda Aceh, Sayuti Aulia dari Kobar GB Aceh, Anwar Amin kepala sekolah Modal Bangsa, Banda Aceh serta AKP Darwansyah kasat Bimas Polres Bireuen selaku pemateri
(Sumber://www.goaceh.co/berita/baca/2017/05/05/dalam-konteks-pendidikan-guru-juga-dilindungi-undangundang#sthash.0D9deNE2.eHomoU10.dpuf)

read more
Artikel

Secercah Harapan Pendidikan Indonesia

Pada tanggal 2 Mei 1984, Presiden RI Soeharto mencanangkan program Wajib Belajar. Harapan Presiden saat itu adalah agar anak-anak Indonesia dapat mengenyam pendidikan sehingga dapat memajukan bangsa dan menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat.

Wajib Belajar bukan hanya berdampak pada keharusan anak-anak Indonesia untuk belajar, melainkan juga pada tuntutan pengelolaan pendidikan yang baik oleh negara.

Hanya saja, pengelolaan pendidikan oleh negara demi mewujudkan program itu berada pada titik yang kurang menyenangkan. Berdasarkan data Human Development Research yang diterbitkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sampai tahun 2013, Education Index Indonesia adalah 0,603 berada pada peringkat 103 dari 187 negara atau berada pada peringkat 5 level ASEAN di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Melihat dari index tersebut, tugas pemerintah tentu sangatlah berat dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

Pendidikan yang baik haruslah dinikmati oleh seluruh anak Indonesia secara merata. Hal ini didasarkan pada teori keadilan sebagai kesamaan (egalitarian) yang merumuskan bahwa tidak ada perbedaan di antara semua orang dalam mendapatkan kemanfaatan atas seuatu hal.

Teori ini menyatakan kesamaan sebagai unsur dari keadilan. Oleh karena itu, pendidikan yang adil adalah pendidikan yang dapat dinikmati dan memberi kemanfaatan pada anak-anak Indonesia.

Pendidikan yang baik juga telah diatur dalam konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) dan sebagai salah satu dari hak-hak dasar yang harus diberikan kepada anak-anak Indonesia. Hal ini adalah penerapan dari hak dan kewajiban kontraktual antara negara dan warga negara.

Perjanjian kontraktual ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian akan tanggung jawab masing-masing pihak. Negara sebagai pemilik kewajiban harus menyelenggarakan pendidikan yang baik dan warga negara sebagai pemilik hak sekaligus kewajiban dalam mengikuti pendidikan yang baik.

Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apa yang menjadi permasalahan pendidikan di Indonesia? Padahal jika melihat pada dana yang dianggarkan oleh APBN, anggaran untuk pendidikan adalah sebesar 20 persen dari total APBN. Hal ini telah termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (4) yang diperkuat dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi tentang keharusan negara dalam mengalokasikan anggaran untuk pendidikan harus sesuai dengan Undang-Undang Dasar.

Pertanyaan berikutnya adalah apakah anggaran tersebut telah memberi kemanfaatan pada pendidikan Indonesia sebagai aplikasi due care theory?
***
Anggaran pendidikan yang besar seharusnya direncanakan dengan teliti, dikelola secara hati-hati (prudent), dan diawasi dengan tepat sehingga dapat memberikan social benefit bagi masyarakat dan dunia pendidikan.

Salah satu tujuan penggunaan anggaran pendidikan adalah untuk membiayai tunjangan profesi guru. Pemberian tunjangan profesi guru dimaksudkan sebagai bentuk motivasi dalam bekerja dan diharapkan kesejahteraan guru akan meningkat.

Hal ini akan berdampak pada peningkatan kualitas guru dalam memberikan pengajaran dan keteladanan. Pemberian tunjangan ini juga mendukung dalam pencegahan triangle fraud theory yang mendasarkan pada pressure, opportunity, dan rasionalisasi.

Akan tetapi, pemberian tunjangan profesi guru ini memunculkan masalah baru. Seorang guru mungkin saja lebih mementingkan haknya untuk mendapatkan tunjangan tersebut daripada menunaikan kewajiban utamanya sebagai pendidik.

Hal ini disebabkan antara lain oleh banyaknya tugas adminitrasi yang harus dilengkapi sertatuntutan akan jumlah jam mengajar minimal. Teori substance over form sebagai salah satu teori akuntansi bisa diterapkan dalam pandangan tugas seorang guru.

Maksudnya, seorang guru dikatakan telah melaksanakan kewajibannya dengan baik apabila mampu berperan sebagai pendidik dalam pembelajaran maupun dalam karakter siswa daripada hanya sekedar memenuhi tugas administrasi dan megajar dengan jumlah jam mengajar yang banyak. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya meningkatkan kualitas keilmuannya guna mendukung substansi tugas seorang guru.

Undang-Undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah menyebutkan bahwa jumlah jam mengajar minimal bagi guru yang memperoleh tunjangan profesi adalah 24 jam mengajar.

Artinya, seorang guru dengan jam mengajar kurang dari 24 jam maka guru tersebut tidak berhak untuk mendapatkan tunjangan profesi. Akibatnya, seorang guru dapat saja akan lebih mementingkan jumlah jam mengajar agar memenuhi persyaratan untuk mendapatkan tunjangan profesi daripada meningkatkan kualitasnya.

Penulis berpendapat bahwa seharusnya guru tetap terjamin mendapatkan tunjangan profesi meski jumlah jam mengajar tidak mencapai 24 jam. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah jam mengajar bukanlah satu-satunya indikator untuk menilai kesungguhan seorang guru dalam mengajar dan untuk menilai kesuksesan pendidikan. Warga negara sebagai konsumen dari pendidikan harus terjamin pemenuhannya oleh negara.

Menurut due care theory, pemerintah sebagai pihak yang mempunyai kewenangan menyelenggarakan pendidikan yang baik dan berkeadilan wajib memberikannya secara bertanggung jawab kepada semua lapisan masyarakat.

Oleh karena itu, penulis berpendapat seharusnya terdapat penyederhanaan dalam tugas administrasi seorang guru dan jaminan pemberian tunjangan profesi pada guru yangmemiliki jumlah jam mengajar kurang dari 24 jam.

Tunjangan seharusnya diberikan secara profesional dan proporsional. Profesional artinya tunjangan diberikan karena kesuksesan guru dalam pembelajaran sedangkan proporsional artinya tunjangan diberikan berdasar pada proporsi tanggung jawab seorang guru.

Penyederhanaan beban administrasi dan jaminan pemberian tunjangan profesi pada gurujuga dapat berdampak pada peningkatan kualitas keilmuan seorang guru. Seorang guru akan dapat lebih mengalokasikan waktu untuk memperdalam dan meng-update ilmu yang dimiliki.

Selain itu, seorang guru juga lebih bisa melakukan penelitian dan penulisan untuk pembuktian ilmu yang telah dipelajari. Dengan adanya peningkatan mutu seorang guru, diharapkan dapat menciptakan anak-anak Indonesia yang bermutu.

Pendidikan harus dibenahi. Seorang guru harus mempebaiki misi, visi, dan paradigma dalam mengajar. Seorang guru tidak hanya sekedar memenuhi tuntutan administrasi, tuntutan jam mengajar, dan menuntaskan kurikulum yang telah ditetapkan demi tunjangan profesi, tetapi seorang guru harus dapat berperan sebagai pengajar, pendidik, sekaligus pemberi keteladan bukan hanya bagi murid-muridnya melainkan juga bagi lingkungannya. Seorang guru adalah pahlawan bangsa yang harus kita hargai jasa-jasanya.

Oktora Senatria Yudha
Mahasiswa Magiter Akuntansi Universitas Gadjah Mada

(sumber:http://wartakota.tribunnews.com)

read more
1 2
Page 1 of 2