Taburan Bunga Keumala (Prolog)

Tahun 1562 Sultan Alauddin al-Qahhar meminta bantuan kepada Sultan kami Suleiman Agung untuk mendapatkan persekutuan suci, Para kafir mulai menancapkan kuku-kuku busuk di dataran Asia. Kesultanan Aceh menjadi satu satunya penguasa di Asia yang gigih mengusir para pengacau tersebut, sehingga Suleiman Agung tidak memiliki alasan untuk menolak persekutuan tersebut.

Pada Tahun 1566 dibawah pimpinan Laksamana Ottoman Kurdoğlu Hayreddin Hızır Reis yang telah memiliki jutaan pengalaman berperang dan sudah menjelajahi hingga ke negeri putih, Dia memimpin sebuah ekspedisi menuju ke Kesultanan Aceh guna menjawab permintaan pesekutuan suci tersebut, walaupun sebelumnya dia diperintah Sultan untuk membersihkan para kaum munafikun di Tanah Yaman.

Ekspansi tersebut menjadi tonggak awal hubungan Kami dengan Aceh, Para Pasukan yang datang ke sana tidak pernah kembali, namun kami mendapat berita bahwa mereka telah menemukan potongan surga di sana. Seorang pedagang Tiongkok menyampaikan sebuah surat dari laksamana Kurdoğlu  bahwa dia bersama Pasukannya ingin menetap di Aceh untuk mempertahankan potongan surga yang telah ia temukan. Para bangsa kulit putih sangat ingin menguasai tanah-tanah tersebut dan rakyatnya masih belum memiliki peradaban selayak kita sekarang. Bersama dengan surat tersebut Laksamana mengirimkan sebuah peti bingkisan yang berisi permata dan berlian dan beberapa tumbuhan yang unik sebagai titipan hadiah dari Sultan Aceh.  Bagi bangsa kami yang sudah terbiasa menerima hadiah dan upeti dari para negara persekutuan dibuat terkejut oleh bingkisan tersebut, Emas, Permata dan berbagai jenis batu mulia lain sudah biasa kami lihat, namun sebuah bunga dan sejenis rempah-rempah membuat bangsa kami takjub, ternyata potongan surga sebagaimana yang dicerita ternyata memang ada.

Sejak saat itu Aceh menjadi sekutu terdekat kami ditanah hijau Asia, hampir setiap pelaut yang kembali dari sana menceritakan kisah-kisah yang sangat menakjubkan, selain keindahan alamnya, mereka juga banyak mengisahkan patriotisme para rakyat Aceh melawan para orang kulit putih kafir, mereka juga menceritakan bagaimana mereka bersama sama rakyat aceh membangun sebuah kapal yang sangat besar saat menghalau si kulit putih dari tanah melayu malaka walaupun mereka gagal, namun keberanian dan keuletan mereka sangat layak di hargai.

Namun sebuah kisah yang selalu mengganggu pikiranku adalah cerita tentang para perempuan-perempuan Aceh yang juga ikut bergabung bersama pasukan kerajaan, hal itu adalah sesuatu yang sangat mustahil terjadi di negeri kami dimana para perempuan hanya bertugas di rumah dan para lelakilah yang diwajibkan berlatih untuk persiapan ke medan perang, namun di sana, di Aceh, para perempuan menggenggam pedang dan turun bersama para pejuang lainnya untuk mengusir para si kafir kulit putih.

Kisah yang diceritakan ini terus mengganggu pikiranku dari waktu ke waktu, sehingga jika sebelumnya aku bercita-cita untuk menjadi penjaga baitul maqdis berubah menjadi keinginan besar untuk menjelajahi potongan surga di tanah Asia, aku ingin membuktikan bahwa kisah tersebut benar-benar ada dan bukan hanya cerita mabuk para pedagang dan pelaut.

Umurku kini yang genap19 Tahun, sudah memenuhi syarat untuk mengikuti seleksi pejuang. Seharusnya bukan masalah bagiku yang untuk lolos seleksi tersebut karena aku termasuk salah satu anak panglima kerajaan Ottoman, namun aku tidak mau mati konyol dan menjadi beban dalam perjalanan ke tanah Asia. Dengan dibimbing oleh para Assasin didikan ibnu batutah, mengayungkan pedang dan melempar pisau adalah keahlian utamaku, selain beberapa trik bertempur yang mereka ajari kepadaku. para Assasin memang sangat terkenal, namun mereka selalu menutup diri dari dunia umum, mereka hanya mengajariku secara sembunyi-sembunyi. Sejak assasin menerima pesanan untuk menghabisi beberapa pejabat, Sultan memerintahkan untuk menangkap dan menghukum mati mereka, namun aku setuju dengan mereka para assasin karena para pejabat yang dibunuh itu adalah mereka para pejabat istana yang suka korupsi dan bermain nakal.

Setelah melewati seluruh test, aku bersama 50 pejuang lainnya siap diberangkatkan ke tanah Aceh, dan ini menjadi awal dari kisahku, menjadi pejuang di negeri orang untuk membela keyakinan dan hakikat yang aku pegang, dan sekaligus untuk membuktikan kebenaran sebuah kisah yang selalu mengganggu mimpiku…

 

(Bersambung…part 1 : Potongan Surga )