X
    Categories: Renungan

Menghidupkan Malam Nisfu Sya’ban

Jaringan Pelajar Aceh- Sya’ban merupakan bulan yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa bersejarah. Peristiwa berpindahnya arah kiblat dari Masjidil Aqsha Palestina menuju Kabah (QS. al-Baqarah: 144) terjadi di bulan Sya’ban. Turunnya ayat yang menganjurkan untuk membaca shalawat (QS. al-Ahzab: 56) di bulan Sya’ban. Diangkatnya catatan amal manusia juga di bulan Sya’ban.

Sya’ban  bulan yang didalamnya terdapat berbagai peristiwa bersejarah. Peristiwa berpindahnya arah kiblat dari Masjidil Aqsha Palestina menuju Kabah (QS al-Baqarah: 144) terjadi di bulan Sya’ban. Turunnya ayat yang menganjurkan untuk membaca shalawat (QS. al-Ahzab: 56) di bulan Sya’ban. Diangkatnya catatan amal manusia juga di bulan Sya’ban.

Menelisik dari segi linguistik, al-Imam Abdurrahman al-Shafury dalam kitab “Nuzhat al-Majalis wa Muntakhab al-Nafais” mengatakan bahwa kata Sya’ban merupakan singkatan dari huruf shin yang berarti kemuliaan (al-syarafu), huruf ‘ain yang berarti derajat dan kedudukan yang tinggi atau terhormat (al-uluw), huruf ba’ yang berarti kebaikan (al-birr), huruf alif yang berarti kasih sayang (al-ulfah), dan huruf nun yang berarti cahaya (an-nur).

Menjadi tradisi umat Islam khususnya di Aceh, masyarakat sangat antusias dalam menyambut malam Nisfu Sya’ban  atau menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dan pertengahan bulan Sya’ban dengan ibadah. Pada malam Nisfu Sya’ban, umat Islam membaca Surat Yasin sebanyak 3 kali yang dilanjutkan dengan berdoa.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Dailami, Imam ‘Asakir, dan al-Baihaqy, Rasulullah Saw bersabda: “Khomsu layaalin laa turaddu fiihinna ad-da’watu. Awwalu lailatin min Rajaba wa lailatun-nishfi min sya’baana wa lailatul jum’ati wa lailatayil-‘iidaini.” Artinya: “Ada 5 malam di mana doa tidak tertolak pada malam-malam tersebut, yaitu: malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam jumat, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha.”

“Man ahya lailatal-‘iidaini wa lailatan-nishfi min sya’baan lam yamut qalbuhu yauma tamuutul-qulub.” Artinya: “Siapa saja yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Syaban, niscaya tidaklah akan mati hatinya pada hari dimana pada hari itu semua hati menjadi mati.”

“Wa qad jumi’a du’aa’un ma’tsuurun munasibun li haalin khaashin bi lailatin-nishfi min sya’baana. Yaqra’uha al-muslimuuna tilkal-lailata al-maimuunata furaadaa wa jam’an fii jawaami’ihim wa ghairiha. Yulaqqinuhum ahaduhum dzalikad-du’aa aw yad’uu wa hum yu’minuuna kama huwa ma’lum. Wa kaifiyatuhu: tuqro’u awwalan qabla dzalikad-du’a ba’da shalaatil maghrib suuratu Yasin.”

Artinya: “Sungguh telah dikumpulkan doa mathur yang terkait khusus dengan malam Nisfu Syaban. Doa tersebut dibaca oleh para muslimin pada malam yang diberikan anugerah, baik secara sendiri-sendiri maupun berramai ramai. Seorang dari mereka membacakan (mentalqin) doa tersebut dan jamaah mengikutinya atau ada juga salah seorang yang berdoa dan jamaah mengaminkan saja sebagaimana maklumnya. Adapaun caranya: membaca surat Yasin 3 x setelah magrib, baru dilanjutkan dengan berdoa”

Tidak semua umat Islam Indonesia sependapat dengan tradisi menghidupkan malam Nisfu Syaban. Untuk itu, sikap saling menghormati perlu dikedepankan. Terlebih, amaliah menghidupkan malam Nisfu Sya’ban merupakan persoalan fur’iyyah yang diisi ibadah untuk mempertebal keimanan. Wallahu a’lam.

Fauziah Fauziah:
Related Post