Oleh : Murthalamuddin, S.Pd., M.SP
Di halaman sekolah, anak-anak tampak sibuk menggali tanah, menanam bibit, dan menyiram dengan penuh semangat. Ada yang menanam pohon mangga, rbutan dan ada juga yang menanam bunga di pinggir pagar. Sekilas mungkin terlihat seperti kegiatan biasa, tapi sebenarnya di sanalah pelajaran hidup sedang tumbuh.
anak-anak belajar banyak hal. Setiap kali mereka menyiram tanaman, ada rasa tanggung jawab yang tumbuh. Mereka belajar menunggu — bahwa buah tidak muncul semalam, bahwa hasil butuh waktu.
Dan ketika akhirnya melihat bibit yang mereka tanam berubah menjadi pohon kecil, ada kebanggaan di wajah mereka. Dari situ muncul cinta terhadap alam dan kesadaran untuk menjaga lingkungan sekolah tetap hijau dan bersih.
Dari menanam mereka juga belajar kerjasama. Mereka belajar bahwa hasil terbaik datang dari kerja bersama.
Bagi guru kegiatan menanam bukan hanya tentang menumbuhkan pohon, tapi juga menumbuhkan nilai. Guru bisa menjadikan kebun sekolah sebagai ruang belajar terbuka.
Menanam membuat guru lebih dekat dengan murid. Saat memegang cangkul bersama, tak ada jarak antara pengajar dan yang diajar. Semua belajar tentang hal yang sama: bagaimana merawat kehidupan.
Guru juga bisa menanamkan nilai tanggung jawab, kerja keras, dan kepedulian. Karena sejatinya, menanam bukan hanya soal menunggu buah, tapi soal menumbuhkan sikap hidup.
Menumbuhkan Harapan
Menata ketahanan pangan bisa dimulai dari sekolah. Dari satu pohon, dari sepetak tanah, dari tangan-tangan kecil yang belajar menanam.
Di sana tumbuh bukan hanya sayur atau buah, tapi juga harapan — bahwa generasi yang mencintai bumi, menghargai kerja, dan paham arti ketahanan pangan, bisa lahir dari ruang belajar yang sederhana.