close
Berita Terkini

Mengenal NPD: Di Balik Topeng Kepercayaan Diri yang Menyesatkan

Dirangkum oleh : Fitriadi, M.Pd

Dalam kehidupan modern yang penuh tuntutan akan pencapaian dan pengakuan, kita makin sering mendengar istilah narsistik. Kata ini kini akrab digunakan untuk menyindir orang yang terlalu sering mengunggah foto selfie, membanggakan pencapaian pribadi, atau senang menjadi pusat perhatian. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa di balik perilaku tersebut bisa tersembunyi sesuatu yang jauh lebih kompleks: Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik.

Apa Itu NPD?

NPD adalah salah satu jenis gangguan kepribadian dalam klasifikasi psikologi modern. Penderitanya menunjukkan pola pikir dan perilaku yang ditandai oleh perasaan superior yang ekstrem, kebutuhan konstan akan pujian dan kekaguman, serta ketidakmampuan untuk memahami atau peduli terhadap perasaan orang lain. Mereka tampak sangat percaya diri di luar, namun sebenarnya menyimpan harga diri yang rapuh dan sangat sensitif terhadap kritik.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), NPD masuk dalam kategori gangguan kepribadian kelompok B, bersama dengan gangguan antisosial, borderline, dan histrionik. Gejalanya mencakup ilusi kehebatan, obsesi terhadap kesuksesan, eksploitasi terhadap orang lain, hingga rasa iri yang tersembunyi di balik sikap angkuh.

Citra yang Menipu

Salah satu tantangan terbesar dalam mengenali NPD adalah kemampuannya menyembunyikan luka batin di balik pesona dan karisma. Banyak penderita NPD memiliki kecerdasan sosial yang tinggi, fasih berbicara, dan tampak meyakinkan. Mereka bisa menjadi pemimpin, artis, atau tokoh publik yang dikagumi. Tapi dalam hubungan personal, mereka sering memanipulasi, merendahkan, atau menyalahkan orang lain untuk melindungi egonya.

Hubungan dengan penderita NPD seringkali melelahkan secara emosional. Pasangan, teman, atau rekan kerja mereka bisa mengalami kebingungan, frustasi, bahkan kehilangan rasa percaya diri akibat perlakuan yang tidak konsisten: satu saat disanjung, di saat lain diabaikan atau direndahkan.

Mengapa NPD Terbentuk?

Penyebab NPD tidak sepenuhnya diketahui, namun para ahli menduga ada kombinasi antara faktor genetik, pola asuh, dan pengalaman masa kecil. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang terlalu memuja atau justru terlalu menuntut, bisa mengembangkan mekanisme perlindungan diri berupa narsisme. Mereka belajar untuk menyembunyikan rasa takut dan tidak aman dengan membangun citra diri yang sempurna.

Bukan Sekadar Sifat Buruk

Penting untuk dibedakan bahwa NPD bukan sekadar ‘sifat jelek’ atau bentuk kesombongan biasa. Ini adalah gangguan mental yang dapat mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan emosional penderitanya. Banyak dari mereka merasa kesepian, mudah marah, atau mengalami depresi ketika citra diri mereka terguncang. Meski tampak kuat, mereka sangat rapuh di dalam.

Bisa Disembuhkan?

Meskipun sulit, NPD bisa ditangani dengan pendekatan psikoterapi jangka panjang, terutama terapi perilaku dan terapi psikodinamik. Tantangan terbesarnya adalah kesediaan penderita untuk mengakui bahwa mereka punya masalah—karena mereka sering menyangkal atau merasa tidak perlu dibantu.

Dukungan lingkungan, pemahaman dari keluarga, dan penanganan profesional sangat penting untuk membantu penderita membangun kembali harga diri yang sehat dan memperbaiki pola hubungan mereka.

Kesadaran Adalah Kunci

Di tengah masyarakat yang makin kompetitif dan narsistik secara budaya—dari media sosial hingga tekanan untuk selalu “tampil sukses”—kita perlu meningkatkan kesadaran tentang gangguan seperti NPD. Ini bukan sekadar istilah psikologi, tapi masalah nyata yang memengaruhi banyak orang, baik penderitanya maupun orang-orang di sekitarnya.

Dengan mengenali tanda-tandanya lebih awal dan menanggapi dengan empati, kita bisa membantu membuka jalan menuju penyembuhan dan hubungan yang lebih sehat. Karena sejatinya, kekuatan bukan terletak pada pencitraan, tapi pada kemampuan untuk mengenal dan menerima diri apa adanya.