close

11 Oktober 2013

Berita Terkini

Sebut Android Aman, Petinggi Google Disambut Tawa

Dalam sebuah sesi tanya jawab di acara Gartner Symposium, Executive Chairman Google Eric Schmidt membuat sebuah pernyataan yang mengundang gelak tawa dari penonton. Saat itu, Schmidt mengungkapkan bahwa keamanan platform Android lebih unggul dibandingkan iPhone.

Komentar terkait keamanan platform Android ini diutarakan oleh Schmidt sebagai respons terhadap pernyataan dari David Willis, analis Gartner.

“Ketika Anda melakukan polling terhadap kebanyakan orang dari penonton, mereka akan mengatakan bahwa Google Android bukanlah platform utama mereka. Saat Anda berkata Android, orang-orang berkata, tunggu sebentar, Android tidak aman,” kata Willis, seperti dikutip dari ZDNet, Selasa (8/10/2013).

“Tidak aman? Android lebih aman daripada iPhone,” balas Schmidt secara cepat.

Pernyataan tersebut konon disambut tawa dari para penonton yang hadir.

Petinggi Google ini tidak menjelaskan secara langsung arti dari pernyataannya ini. Ia hanya mengungkapkan, Android sudah hadir cukup lama dan memiliki sekitar 1 miliar pengguna. Oleh karena itu, Android sudah melalui pengujian keamanan secara langsung setiap harinya.

Platform Android memang sering dianggap sebagai “sarangnya” malware. Bahkan, Biro Penyelidik Federal AS (FBI) pernah mengeluarkan sebuah peringatan terkait malware yang ada di platform bikinan Google ini.

Malware-malware tersebut jenisnya berbeda. Kebanyakan malware yang ada digunakan oleh penjahat cyber untuk mencuri data penting pengguna dan mengambil alih perangkat yang telah terinfeksi.

Masalah fragmentasi

Dalam acara tersebut, Schmidt juga mendapatkan sebuah pertanyaan terkait fragmentasi pada Android. Fragmentasi sendiri selama ini banyak dikeluhkan oleh para pengguna Android sebagai salah satu kelemahan platform ini.

Istilah fragmentasi di sini berarti banyak aplikasi Android yang tidak kompatibel secara tampilan pada perangkat dengan ukuran layar dan resolusi yang berbeda, terutama pada smartphone Android berlayar kecil atau yang dilengkapi dengan keyboard fisik QWERTY.

Melalui pernyataannya, Schmidt seperti ingin menegaskan bahwa tak ada yang namanya fragmentasi di ekosistem Android. Menurutnya, setiap vendor selalu menjaga agar toko online Google Play Store selalu kompatibel.

“Dengan Android, kami memiliki sebuah perjanjian dengan vendor bahwa Anda akan membuat toko Android kompatibel dan ini adalah sebuah terobosan penting untuk Android,” ujar Schmidt.

Schmidt membandingkan Android dengan Unix, di mana pengguna Unix tidak memiliki toko aplikasi yang membuat mereka tetap terpadu.

read more
Berita Terkini

Banyak Anak Indonesia Belum “Melek Internet”

Anak muda yang asyik menjelajah dunia maya dengan gadget mobile seperti smartphone dan tablet sudah menjadi pemandangan umum di kota-kota besar Tanah Air. Generasi baru bangsa sepertinya sudah sangat akrab dengan internet.

Tapi benarkah demikian? Ternyata tidak juga.

Sebuah studi bertajuk Measuring the Information Society 2013 yang dilakukan oleh International Telecommunications Union (ITU) dan Georgia Institute of Technology mengungkapkan bahwa ternyata baru sebagian kecil anak muda Indonesia yang “melek internet”.

Studi ITU yang dikutip oleh The New York Times tersebut antara lain meneliti jumlah anak muda berusia 15-24 tahun yang pada tahun 2012 telah menggunakan internet selama lima tahun atau lebih. Mereka ini disebut “digital native” alias anak-anak muda yang sudah melek internet.

Data-data diperoleh dari berbagai macam sumber, termasuk informasi jumlah penduduk yang telah online pada 2007, lima tahun sebelum 2012.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa hanya 13,7 persen anak muda Indonesia berusia 15-24 tahun yang termasuk dalam golongan digital native.

Secara keseluruhan, jumlah anak muda Indonesia yang telah aktif menjelajah internet selama 5 tahun atau lebih baru 2,4 persen dari total populasi. Angka tersebut mendudukkan Indonesia di urutan 132 dari 180 negara yang diteliti dalam studi ITU, jauh dari negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat.

Di negara-negara itu, persentase anak muda yang melek internet mencapai lebih dari 90 persen. Urutan pertama dipegang oleh Korea Selatan yang 99,6 persen anak mudanya sudah aktif di internet.

Yang cukup mengejutkan, di Negeri Jiran Malaysia, tercatat bahwa 75 persen anak muda termasuk dalam golongan digital native. Hal ini disinyalir karena negara yang bersangkutan aktif memanfaatkan teknologi informasi di sekolah-sekolah.

Akan tetapi, karena populasi yang lebih besar, jumlah anak muda Indonesia yang tercatat aktif berinternet masih lebih tinggi dari Malaysia, yaitu sekitar 5,8 juta orang berbanding 3,9 juta. Dari segi jumlah total ini, China mencatat jumlah digital native tertinggi sebanyak 75 juta orang, disusul Negeri Paman Sam dengan angka 41 juta.

Secara global, persentase digital native masih relatif kecil, yaitu tak sampai sepertiga dari populasi anak muda di seluruh dunia.

read more
Berita TerkiniDokumen

“Panggung Kecil” Itu Bernama Indonesia

Di atas kertas Indonesia memang berjaya. Lihat saja, jumlah penduduknya yang besar. Betapa kita kadang sangat berbangga dengan itu.

Lalu, lihatlah tingkat penggunaan ponsel di Indonesia. Tergantung siapa yang Anda tanyakan, penggunaan ponsel di Indonesia konon sudah melampaui jumlah penduduknya.

Di antara pengguna ponsel itu, menurut data GfK 2012, 20 persennya adalah pengguna smartphone. Kisarannya, di angka 15 juta pengguna.

Jadi, sebenarnya, besarkah pengguna smartphone atau gadget lainnya di Indonesia? Rupanya, bagi banyak pihak, angka ini memang cukup besar.

Apalagi ditambah prediksi dari berbagai lembaga riset yang menyebutkan pertumbuhan penggunasmartphone di Indonesia akan menjadi salah satu yang tercepat di Asia Tenggara.

Pasar besar, panggung kecil

Ya, Indonesia memang dianggap sebagai sebuah pasar yang besar. Maka entitas asing, baik produk ataupun layanan pun masuk Indonesia dengan derasnya.

Serunya, Indonesia memiliki karakter yang berbeda dengan pasar besar yang ada di tempat lain. Sebuah produk yang laris manis di Amerika Serikat, misalnya, belum tentu disambut gegap gempita di negeri ini.

Tapi bukan berarti tidak ada pelajaran yang bisa diambil dari Indonesia. Mereka yang terjun ke Indonesia, dengan upaya terbaiknya berusaha meraup pasar Indonesia, tentu bisa mendapatkan pelajaran untuk diterapkan di pasar yang lain.

Sebagai pasar yang besar, Indonesia bisa jadi semacam lahan percobaan. Sebut saja sebuah panggung kecil sebelum bergerak ke arena yang lebih besar (global). Walaupun, “panggung kecil” ini saja sebetulnya cukup untuk menjadi panggung utama bagi pihak tertentu.

Tak heran jika kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak investasi di Indonesia saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Bali, Minggu, 6 Oktober 2013.

“Sebagai marketing director Indonesia Inc, perusahaan yang berbentuk negara, saya mengundang Anda semua untuk meningkatkan bisnis dan peluang investasi di Indonesia,” tuturnya.

Siapa tokoh utamanya?

Di satu sisi ada keinginan mendatangkan investasi asing, yang akan membawa devisa dan (harapannya) ikut memutar roda ekonomi dalam negeri. Di sisi lain adalah keinginan untuk menumbuhkan industri dalam negeri.

Dan kedua hal itu memang bisa —bahkan harus— dijalankan secara bersamaan. Mereka yang datang berinvestasi (menginvasi?) Indonesia, silakan datang. Tapi Indonesia sendiri harus mampu melahirkan kekuatan yang mampu bersaing.

Di sektor gadget, harapannya sudah ada, meskipun baru sedikit saja. Lihat saja merek lokal, seperti Mito atau Cross (sekarang Evercoss) yang terus bergeliat di segmennya.

Atau, lihat juga lini Andromax dari Smartfren yang terbukti masih punya taring di segmen tertentu. Perangkat yang lahir dari kebutuhan untuk memasarkan layanan data berbasis CDMA ini sekarang menjadi segmen tersendiri yang cukup “menggigit” di pasaran.

Belum lagi produk dari MLW Telecom yang mengusung merek Speedup. Setelah banyak bertarung di arena modem dan kartu data, Speedup mulai berani unjuk gigi di arena tablet dan smartphone.

Ya, beberapa pihak mungkin akan berkomentar begini: “Itu kan produk-produk buatan China yang dikasih merek Indonesia!”

Pernyataan itu tak sepenuhnya benar. Pertama, produk-produk itu memang diproduksi di China (atau Taiwan). Apa salahnya dengan hal itu? Bukankah perangkat Apple juga Made in China, tapiDesigned in California?

Kedua, tidak semua jajaran produk “merek lokal” tadi adalah murni repackaging. Ada juga yang mengalami proses intelektual di Indonesia. Ya, semacam Designed in Indonesia, Made in China lah.

Tapi tulisan ini tidak bermaksud untuk meminta konsumen menggunakan produk-produk di atas semata-mata karena memiliki merek Indonesia. Keputusan untuk membeli haruslah berdasarkan: mutu produk, kebutuhan konsumen, dan nilai produk.

Jika prasyaratnya memang belum terpenuhi, untuk apa memaksakan diri menggunakan produk yang tidak cocok?

Berani premium dong!

Memang, produk merek lokal tidak seharusnya identik dengan harga murah. Produsen harus berani berkata: “produk kami bermutu bagus, dan layak bersaing dengan produk unggulan merek asing!”

Produsen perangkat lokal saat ini pun mulai berani menjual produk premium. Artinya, produk yang memiliki kualitas bagus, dirancang lewat proses intelektual di dalam negeri, dan harganya juga layak.

Sebagai contoh di negeri lain, lihat saja Oppo —produsen asal China— yang berani menghadirkan perangkat premium berbasis Android. Meski belum sebeken Samsung atau HTC, misalnya, produk Oppo sudah bisa dibandingkan dari sisi kualitas.

Masih dari tempat yang sama, lihatlah Xiaomi. Belum lama ini, perusahaan itu menarik perhatian karena berhasil menggaet Hugo Barra, eksekutif Google yang menangani Android.

Kalau mau melihat contoh lokal, tapi dari sektor industri yang berbeda, mari mengarahkan pandangan ke Yogyakarta. Pada sebuah produsen tas bernama Nokn Bag.

Produsen asal Yogya itu mampu menghadirkan rangkaian produk dengan desain unik dan sistem modular, yang membuat konsumen memiliki pilihan luas pada produknya.

Boleh dibilang, Nokn Bag ini ibaratnya Timbuk2, produsen tas dan apparel asal San Francisco. Kekuatannya ada pada local pride dan mutu yang tidak main-main.

Patut dicatat, harganya pun cukup premium. Nokn Bag tidak malu-malu menjual produk yang harganya “wah”, agaknya karena mereka yakin bahwa mutu produknya memang layak.

Sudah saatnya, di sektor produk teknologi alias gadget, Indonesia juga memiliki produk yang mutunya bisa disandingkan tanpa malu-malu dengan produk merek asing ternama.

Ini bukan soal nasionalisme. Ini soal meningkatkan mutu pelaku industri dalam negeri. Jadi di “panggung kecil, pasar besar” yang bernama Indonesia ini, kita juga harus bisa jadi tokoh utama.

Tentang Penulis: Wicak Hidayat adalah Editor KompasTekno dan merupakan salah satu pendiri DepokDigital. Tulisan ini merupakan opini pribadinya. Penulis bisa dihubungi lewat akun twitter@wicakhidayat.

read more
Berita Terkini

SMKS Muhammadiyah Lhoksukon, Sederhana dengan Banyak Piala

SMKS Muhammadiyah Lhoksukon, Sederhana dengan Banyak Piala
Chairul Sya’ban | The Globe Journal
Kamis, 10 Oktober 2013 22:27 WIB

Lhoksukon- “Biar miskin, tapi bisa.” Begitulah kira-kira moto singkat SMKS Muhammadiyah Lhoksukon, Aceh Utara yang hanya dilengkapi satu jurusan yaitu administrasi perkantoran. Sekolahnya sangat sederhana, namun banyak prestasi yang diraih siswa dan siswi di SMKS tersebut.
Terbukti ketika dikunjungi The Globe Journal, Kamis (10/10/2013), banyak piala dan penghargaan yang tersusun rapi di ruangan dewan guru. Salam sapa dan senyum sumringah pun mempersilahkan The Globe Journal untuk duduk di sofa empuk yang tersusun rapi didalam ruangan dewan guru di sekolah yang sederhana itu.

Diruangan itu, tampak puluhan piala dan penghargaan dari berbagai perlombaan tersusun rapi. Foto-foto eklusif kegiatan ekstrakurikuler pun tampak dipajang di dinding yang menandakan bahwa sekolah swasta yang hanya sederhana itu ‘bisa’ prestasi layaknya sekolah negeri.

“Sekolah ini milik Yayasan Muhammadiyah. Sejak tahun 2009 sampai 2013 ini, kami terus berupaya untuk meningkatkan prestasi dari segala bidang, baik prestasi dari siswa maupun guru yang bisa membawa nama baik sekolah ini. Buktinya, sudah banyak prestasi yang kami raih,” ujar Plt Kepala Sekolah SMKS Muhammadiyah Lhoksukon, Lusiana A.Md yang didampingi Wakil Kepala Kurikulum, Indra Dewi A.Md.

Satu persatu piala diperlihatkan kepada The Globe Journal. Satu persatu pula pada piala itu tertulis hasil perlombaan siswa dari tahun ke tahun.

Diantaranya, juara satu cabang Administrasi Perkantoran, Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK tingkat Aceh Utara, juara harapan satu tingkat SMA dalam karnaval HUT RI yang ke 64 tingkat Aceh Utara, juara dua LKS Program Administrasi Perkantoran tingkat Aceh Utara tahun 2012, juara dua majalah dinding Palang Merah Remaja Wira Putra Jumpa Bakti tahun 2012.

Kemudian, juara satu Camp Standart PMR Wira Putra Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) dalam rangka HUT PMI tahun 2012.

Juara satu lomba masak makanan karya zat besi PMR Wira Putra Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) tahun 2012, juara satu putri Camp Standart Penegak Perkemahan Bersama (Kemsama) dalam rangka HUT Gerakan Pramuka Ke 51 tingkat Aceh Utara tahun 2012.

Berikutnya, juara satu LKBB Perlombaan Tingkat Penegak Latihan Gabungan (Latgab) GuDep 21:34-21:40 tahun 2012 tingkat Aceh Utara, dan masih banyak lagi prestasi lainnya.

“Itulah hasil prestasi anak-anak kita dalam membawa baik nama baik sekolah dengan cara memenangkan perlombaan segala bidang. Namun, prestasi yang sering kita dapatkan adalah dari kegiatan pramuka. Siswa-siswa kitapun sepertinya sangat antusias dengan kegiatan Pramuka tersebut. Lagi pula, untuk tahun 2013 ini saja, sudah ada 21 lebih piala/prestasi dari kegiatan Pramuka yang kita dapat, baik tingkat Kabupaten bahkan Provinsi,” ujar Lusiana dengan senyum bangga.

Menariknya lagi, sesuai dengan jurusan Administrasi Perkantoran, para siswa di sekolah itu berseragam layaknya pekerja di perkantoran.

“Seragam itu kita jadikan karena sesuai dengan jurusan yang ada, yaitu Administrasi Perkantoran. Seragam tersebut juga untuk menunjukkan bahwa layaknya pekerja di perkantoran, ahli komputer, administrasi, bank, maupun lainnya yang berkaitan dengan perkantoran,” ujar lagi Lusiana.

SMKS Muhammadiyah Lhoksukon merupakan milik Yayasan Muhammadiyah Lhoksukon, terletak di jalan Banda Aceh-Medan, tepatnya satu komplek dengan Panti Asuhan Lhoksukon. Sekolah yang sederhana itu mulai tampil sejak tahun 2009, siswanya hanya 150 orang dan 25 dewan guru.

Rata-rata siswa di sekolah itu merupakan fakir miskin dan yatim piatu. Dengan begitu, tak membuat mereka patah semangat untuk tetap ‘bisa’ membawa nama baik sekolah ke tingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional, bahkan Internasional sekalipun.

read more
Berita TerkiniDokumen

Masjid Pertama di Dunia yang Dibangun Nabi Muhammad

Madinah – Saat berkunjung ke Madinah, ada satu masjid yang sering disinggahi jamaah haji. Keistimewaannya adalah, masjid tersebut dibangun oleh Nabi Muhammad dan merupakan masjid tertua yang ada di dunia. Ini dia Masjid Quba!

Madinah punya banyak bangunan bersejarah yang pernah ditempati atau dibangun oleh Nabi Muhammad. Para jamaah haji yang datang ke sana pun melakukan napak tilas, sekaligus beribadah di tempat-tempat tersebut. Satu tempat yang rasanya wajib dikunjungi saat menapakan kaki di Madinah adalah Masjid Quba.

Dari situs Kementerian Agama, Jumat (11/10/2013) Masjid Quba dibangun oleh Nabi Muhammad kala dirinya sedang hijrah dari Makkah ke Madinah. Jadi, kala itu Nabi Muhammad sempat singgah ke wilayah Quba yang letaknya tak jauh dari Madinah. Nabi Muhammad menetap selama empat hari di sana.

Dalam sejarahnya, peletakan batu pertama Masjiq Quba dilakukan oleh Nabi Muhammad. Setelah itu, Nabi Muhammad mengajak umatnya untuk ikut membangun Masjid Quba.

Bahkan, Nabi Muhammad pun terjun langsung dalam pembangunan masjid ini. Dirinya rela berpanas-panasan mengangkut batu dan pasir. Setelah selesai, Nabi Muhammad dan umatnya kala itu langsung menunaikan salat dua rakaat.

Masjid Quba pun begitu dicintai oleh umat Muslim di seluruh dunia. Betapa tidak, Masjid Quba dibangun langsung oleh tenaga dan keringat Nabi Muhammad. Bahkan, Nabi Muhammad selalu singgah di Masjid Quba ketika dirinya hendak ke Madinah. Umat muslim pun percaya, salat sebanyak 2 rakaat di Masjid Quba pahalanya sama dengan 1 kali Umrah.

Menengok dari situs resmi pemerintahan Kota Madinah, Masjid Quba kini mampu menampung hingga 20 ribu jamaah. Masjid Quba punya bentuk persegi panjang. Luas masjidnya sekitar 5.860 meter persegi dan memiliki dua lantai. Masjid Quba juga punya perpustakaan dan ruang belajar mengajar.

Masjid Quba pun mengalami banyak renovasi dan perubahan. Terakhir di tahun 2012 lalu, Masjid Quba kembali dipugar dan diperbesar. Pemerintah setempat menggelontorkan hingga 100 juta Riyal (Rp 2,6 miliar). Masjid Quba pun disebut-sebut sebagai masjid tertua yang ada di dunia.

Dari luar Masjid Quba berwarna putih dan memiliki empat menara yang tinggi. Pepohonan kurma mengelilingi masjid dan terdapat air mancur di bagian depan masjidnya sehingga memberikan kesan sejuk.

Masjid Quba adalah bangunan bersejarah yang tak ternilai harganya bagi umat Muslim. Suatu masjid yang sudah seribu tahun lebih, tapi masih kokoh berdiri hingga sekarang.[006-detik]

read more
DokumenUncategorized

Ini Sunnah-Sunnah dalam Shalat

SHALAT itu tiang agama. Tanpa shalat, bangunan seorang Muslim tiada artinya. Rapuh dan jauh dari Islam itu sendiri. Paling tidak, ada lima kali dalam sehari kita melaksanakan shalat. Artinya wajib. Namun, dalam kewajiban ini, ada sunah-sunnah Shalat.
Yang dimaksud dengan sunah shalat, yaitu semua aktivitas yang dilakukan di saat shalat, jika ditinggalkan dengan sengaja, maka dapat membatalkan shalat dan jika tertinggal tidak sengaja, maka tidak membatalkan shalat akan tetapi cukup digantikan dengan sujud sahwi. Adapun sunah sunah shalat antara lain:

1. Mengangkat kedua tangan. “Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dari Nabi saw, bahwa ketika melaksanakan shalat fardhu, beliau memulai dengan bertakbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan bahu. Beliau melakukan hal yang sama ketika selesai membaca sebelum rukuk, juga bangkit dari rukuk. Beliau tidak melakukan hal itu saat duduk, akan tetapi jika beliau bangkit setelah dua kali sujud, beliau kembali bertakbir.” (HR. Abu Dawud, dan Tirmidzi)

2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri. Sebagaimana diriwayatkan oleh Jabir, dalam sebuah hadis: “Rasulullah pernah berjalan melewati seorang yang sedang shalat. orang tersebut meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya. Lalu beliau melepaskan tangan tersebut dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya.”(HR.Ahmad dengan sanad sahih)

3. Mengarahkan pandangan ke tempat sujud. Hal ini berdasarkan keterangan al-Baghawiy dalam kitabnya, Syarh as-Sunnah: “Melihat sesuatu tidak masalah di dalam shalat, akan tetapi yang lebih baik adalah mengarahkan pandangan ke tempat sujud.” Beliau melanjutkan bahwa, Telah diriwatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw pernah memandang ke kanan dan ke kiri saat shalat.

4. Membaca doa itiftah. Sabda Rasulullah saw “Setelah Rasulullah melakukan takbir dalam shalat, maka beliau berdiam sejenak sebelum membaca (surat), aku bertanya: Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibumu, tidakkah engkau tahu diamnya engkau antara takbiratul ihram dan membaca surat, apa yang engkau ucapkan? Beliau menjawab, Aku mengucapkan: Allahumma ba`id baini wa baina khadatayaya kamaba adta bainal masyriqi wal maghrib, Allahumma naqqini min khathayaya kama yunaqqats tsaubul abyadhu minad dannas, Allahummaqhsilni bilma’i was salji wal barad (Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan ufuk timur dari ufuk barat. Ya Allah sucikanlah alu sebagaimana disucikannya kain putih dari kotoran, sucikanlah aku dengan air salju dan air dingin)

5.Membaca ta’awudz. Selesai membaca doa astiftah dan sebelum membaca surat al-Fatihah, Rasulullah saw senantiasa berta`wudz. Ibnu mundzir mengatakan riwayat yang bersumber dari Nabi saw, bahwa sebelum membaca surat Al Fatihah pada rakaat pertama beliau mengucapkan ta’awudz. dibaca perlahan pada rakaat pertama sesudah membaca doa istiftah sebelum membaca surat al-Fatihah.

6. Membaca aamiin. Disunahkan membaca “aamiin” setelah membaca Surat al-Fatihah, baik ketika sedang shalat sendirian maupun berjamaah, baik sebagai imam maupun makmum dengan suara yang keras, kecuali dalam shalat sirriyyah.

7. Membaca bacaan susudah al-Fatihah. Disunahkan untuk membaca surat-surat yana kita ketahui atau kita hafal setelah membaca surat a-Fatihah pada dua rakaat pertama.

8. Menempelkan kening, hidung, dan beberapa anggota tubuh lainnya ketika sujud Ketika sedang sujud, maka hendaknya kita bersujud di atas tujuh tulang, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Rasulullah saw yang artinya “Aku diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang, yaitu: dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki”

9. Membaca doa-doa shalat. Membaca doa doa yang diajarkan Rasulullah saw ketika sedang rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud dan setelah melaksanakan tasyahud akhir 10. Duduk istirahat, sebelum bangkit menuju rakaat berikutnya adalah sunah dalam shalat.

11. Tasyahud awal

12. Membaca shalawat atas Nabi saw. Riwayat Rasulullah saw, pada Tasyahud kedua beliau membaca: “Ya Allah sampaikan keselamatan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi keselamatan kepada nabi Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau terpuji dan Mahaagung”

13. Berdoa sesudah membaca shalawat. Setelah bershalawat atas Nabi, disunahkan untuk membaca doa doa ma’tsur sebagaimana yang beliau ajarkan.

14. Salam kedua. Salam pertama di dalam shalat termasuk rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan. Jika seseorang buang angin, misalnya sebelum salam pertama sempurna selesai, maka shalatnya batal. Hal ini berbeda dengan salam kedua. Sebab salam kedua masuk ke kategori sunah-sunah shalat, bukan rukunnya. Jika tertinggal, maka shalatnya tidaklah batal. [006-islampos]

read more
Berita Terkini

Ujian Nasional Tak Bisa Tentukan Kualitas Siswa

1654308IMG01314-20130924-1304780x390JAKARTA, KOMPAS.com – Pelaksanaan ujian nasional dinilai tidak dapat menjadi penentu kualitas hasil belajar siswa selama menempuh pendidikan di sekolah. Sayangnya, pemerintah justru menjadikan ujian nasional sebagai alat ukur keberhasilan pendidikan.

“Ada banyak cara mengukur prestasi belajar, ujian nasional bukan satu-satunya,” ungkap Direktur Eksekutif Institute for Education Reform Universitas Paramadina, Mohammad Abduhzen, dalam diskusi Polemik “Ujian Nasional, Ujian bagi Negara”, Sabtu (5/10/2013).

Ia pun mempertanyakan tinjauan manfaat pelaksanaan ujian nasional yang diberikan pemerintah kepada siswa. Menurutnya, sebelum memberikan ujian nasional, seharusnya pemerintah dapat memperhitungkan manfaat pelaksanaan ujian tersebut. Perhitungan manfaat itu, dapat berangkat dari tiga asusmi yaitu teoritis pedagogis, legalitas formal dan asumsi pragmatis.

“Sejauhmana kegunaannya dan bisa dipertanggungjawabkan. Sejauhmana implikasi positif maupun negatifnya,” katanya.

Ia mengatakan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengganti ujian nasional sebagai bahan evaluasi siswa. Pertama, pemerintah harus kembali kepada undang-undang evaluasi hasil belajar siswa yang dilakukan pendidik. Di setiap sekolah, seorang guru seharusnya dapat mengevaluasi dan melakukan ujian perbaikan (remedial) hingga siswa lulus dari mata pelajaran yang diujikan.

Kedua, pemerintah harus memastikan agar setiap guru dapat bekerja sesuai arah dan pedoman yang ditetapkan dalam standar kompetensi kelulusan. Sehingga, ketika seorang siswa mengikuti ujian, guru dapat meluluskan jika siswa tersebut telah memenuhi standar kompetensi yang ditentukan.

“Kemudian, untuk pengukuran dan pemetaan kualitas secara nasional, BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) dapat melakukan ujian nasional secara berkala lima tahun sekali,” katanya. (http://edukasi.kompas.com)

read more
Berita TerkiniKegiatan

Memaknai Idul Adha

Memahami Makna Idul Adha
Ditulis oleh Yusuf Fatawie*
Bulan ini merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di bulan ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesama. Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji.
Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail.
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109.
Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani.
Dari berbagai media, kita bisa melihat betapa budaya korupsi masih merajalela. Demi menumpuk kekayaan rela menanggalkan ”baju” ketakwaan. Ambisi untuk meraih jabatan telah memaksa untuk rela menjebol ”benteng-benteng” agama. Dewasa ini, tata kehidupan telah banyak yang menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan. Dengan semangat Idul Adha, mari kita teladani sosok Nabi Ibrahim. Berusaha memaksimalkan rasa patuh dan taat terhadap ajaran agama.
Di samping itu, ada pelajaran berharga lain yang bisa dipetik dari kisah tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa perintah menyembelih Nabi Ismail ini pada akhirnya digantikan seekor domba. Pesan tersirat dari adegan ini adalah ajaran Islam yang begitu menghargai betapa pentingnya nyawa manusia.
Hal ini senada dengan apa yang digaungkan Imam Syatibi dalam magnum opusnya al Muwafaqot. Menurut Syatibi, satu diantara nilai universal Islam (maqoshid al syari’ah) adalah agama menjaga hak hidup (hifdzu al nafs). Begitu pula dalam ranah fikih, agama mensyari’atkan qishosh, larangan pembunuhan dll. Hal ini mempertegas bahwa Islam benar-benar melindungi hak hidup manusia. (hlm.220 )
Nabi Ismail rela mengorbankan dirinya tak lain hanyalah demi mentaati perintahNya. Berbeda dengan para teroris dan pelaku bom bunuh diri. Apakah pengorbanan yang mereka lakukan benar-benar memenuhi perintah Tuhan demi kejayaan Islam atau justru sebaliknya?.
Para teroris dan pelaku bom bunuh diri jelas tidak sesuai dengan nilai universal Islam. Islam menjaga hak untuk hidup, sementara mereka—dengan aksi bom bunuh diri— justru mencelakakan dirinya sendiri. Di samping itu, mereka juga membunuh rakyat sipil tak bersalah, banyak korban tak berdosa berjatuhan. Lebih parah lagi, mereka bukan membuat Islam berwibawa di mata dunia, melainkan menjadikan Islam sebagai agama yang menakutkan, agama pedang dan sarang kekerasan. Akibat aksi nekat mereka ini justru menjadikan Islam laksana ”raksasa” kanibal yang haus darah manusia.
Imam Ghazali dalam Ihya ’Ulumuddin pernah menjelaskan tentang tata cara melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Menurutnya, tindakan dalam bentuk aksi pengrusakan, penghancuran tempat kemaksiatan adalah wewenang negara atau badan yang mendapatkan legalitas negara. Tindakan yang dilakukan Islam garis keras dalam hal ini jelas tidak prosedural. (vol.2 hlm.311)
Sudah semestinya dalam melakukan amar makruf nahi munkar tidak sampai menimbulkan kemunkaran yang lebih besar. Bukankah tindakan para teroris dan pelaku bom bunuh diri ini justru merugikan terhadap Islam itu sendiri ?. Merusak citra Islam yang semestinya mengajarkan kedamaian dan rahmatan lil ’alamin. Ajaran Islam yang bersifat humanis, memahami pluralitas dan menghargai kemajemukan semakin tak bermakna.
Semoga dengan peristiwa eksekusi mati Amrozi cs, mati pula radikalisme Islam, terkubur pula Islam yang berwajah seram. Pengorbanan Nabi Ismail yang begitu tulus menjalankan perintahNya jelas berbeda dengan pengorbanan para teroris.
Di hari Idul Adha, bagi umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban. Pada dasarnya, penyembelihan binatang kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban, kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan.
Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan disyari’atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama.
Meski waktu pelaksanaan penyembelihan kurban dibatasi (10-13 Dzulhijjah), namun jangan dipahami bahwa Islam membatasi solidaritas kemanusiaan. Kita harus mampu menangkap makna esensial dari pesan yang disampaikan teks, bukan memahami teks secara literal. Oleh karenanya, semangat untuk terus ’berkurban’ senantiasa kita langgengkan pasca Idul Adha.
Saat ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Selamat berhari raya !

read more