close

14 Januari 2019

Bingkai Dunia

Jangan Sampai Terlewat, Gerhana Bulan Pertama Tahun 2019 Jatuh Pada Bulan Januari Lho!

Di awal Januari lalu, tepatnya pada 6 Januari, ada peristiwa gerhana matahari yang terjadi, teman-teman.

Selain gerhana matahari, ternyata pada bulan Januari ini akan terjadi peristiwa gerhana lainnya, lho…, yaitu gerhana bulan.

Gerhana bulan yang akan terjadi di awal tahun ini termasuk peristiwa langit yang cukup spesial, nih, teman-teman. Itu karena gerhana bulan ini disebut juga sebagai fenomena Supermoon.

Supermoon adalah peristiwa langit saat Bulan berada dalam jarak terdekatnya dengan Bumi, dan peristiwa langit ini selalu terjadi saat Bulan sedang dalam tahap purnama.

Nah, ini artinya saat supermoon sedang berlangsung, kita bisa melihat bulan purnama lebih terang dan juga lebih dekat dari biasanya, teman-teman.

Pada 21 Januari mendatang, fenomena supermoon pertama di tahun ini akan kembali terjadi dan Bulan akan berada di jarak sekitar 357 kilometer saja dari Bumi, lho!

Gerhana bulan ini sebenarnya dapat dilihat dari negara manapun saat malam hari dan langit cerah, teman-teman.

Tapi di beberapa tempat, gerhana bulan akan terlihat secara utuh. Di tempat lain, Bulan akan terlihat terbit atau tenggelam selama gerhana terjadi.

Pada gerhana bulan supermoon yang akan terjadi 21 Januari mendatang, wilayah yang bisa menyaksikan supermoon dengan baik adalah Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, dan sebagian wilayah Asia.

Sayangnya, meskipun beberapa wilayah di Asia dapat menyaksikan supermoon ini, ternyata Indonesia bukan salah satu negara yang beruntung bisa menyaksikan supermoon, nih, teman-teman.

Sebutan supermoon baru ditemukan pada tahun 1979 oleh Richard Nolle, dan peristiwa langit tersebut disebut supermoon kalau bulan berada pada jarak sekitar 90 persen dari titik terdekatnya dengan Bumi.

Nah, jarak Bulan yang selalu berubah-ubah ini karena gerakan atau jalur mengorbit Bulan pada Bumi tidak berbentuk lingkaran, teman-teman.

Jalur mengorbit Bulan ini ternyata berbentuk oval, lho.

Inilah yang menyebabkan Bulan kadang bisa berada di jarak terjauh atapun menjadi sangat dekat dengan Bumi.

Sedangkan jarak rata-rata Bulan dengan Bumi sekitar 382.900 kilometer dari pusat Bulan ke pusat Bumi.

Walaupun supermoon 21 Januari mendatang tidak bisa kita saksikan di langit Indonesia, tapi masih ada 2 supermoon yang akan terjadi tahun ini, yaitu pada bulan Februari dan Maret mendatang.

Mungkin saja kita bisa melihat supermoon tersebut, teman-teman.

//aceh.tribunnews.com/2019/01/13/jangan-sampai-terlewat-gerhana-bulan-pertama-tahun-2019-jatuh-pada-bulan-januari-catat-tanggalnya

read more
Bingkai Dunia

Tsunami Setinggi 1 km akibat Asteroid yang Menghantam Bumi

Asteroid yang menghantam Bumi lebih dari 65 juta tahun lalu tidak hanya menyebabkan ledakan dahsyat di permukaan planet saja.

Berdasarkan sebuah penelitian baru, asteroid tersebut ternyata juga memicu timbulnya tsunami setinggi hampir 1 kilometer yang melalui Teluk Meksiko.

Tak heran jika tubrukan dari asteroid sepanjang 14 kilometer ini pun mampu mengakhiri zaman dinosaurus dan menyebabkan kepunahan Cretaceous-Paleogene (K-Pg).

“Asteroid yang dikenal dengan nama asteroid Chicxulub ini mengakibatkan tsunami global yang sangat besar dan belum pernah terjadi di sejarah modern,” kata Molly Range, peneliti utama dari University of Michigan.

Range dan rekan-rekannya mempresentasikan penelitian yang belum dipublikasikan tersebut dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union pada 14 Desember lalu di Washington, DC.

Baca: Penelitian Terbaru: Lautan di Bumi Tengah Memanas Lebih Cepat dari Perkiraan

Baca: Jika Asteroid Ini Menghantam Bumi, Kiamat akan Terjadi pada 2032

“Gagasan ini merupakan hal yang baru. Sejauh yang kami tahu, kami adalah yang pertama memodelkan tsunami secara global, mulai dari dampak hingga akhir perambatan gelombang,” jelas Range.

Gagasan ini bermula ketika pembimbing Range di Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan menyadari adanya kesenjangan mencolok dalam penelitian Chicxulub.

Terutama, tidak ada yang menerbitkan simulasi tsunami global yang diakibatkan oleh asteroid.

“Baru saat memulai proyek ini, saya menyadari sekali hal yang sebenarnya dari tsunami. Dan tentu saja itu merupakan kisah penelitian yang menyenangkan untuk dibagikan,” kata Range.

Menghitung dampak tsunami Para peneliti tahu bahwa asteroid menghantam air dangkal di Teluk Meksiko.

Namun, untuk memodelkan seberapa besar dampaknya, mereka membutuhkan model yang dapat menghitung deformasi kerak Bumi yang membentuk kawah serta gelombang air mulai dari terbentuk serta kembali normal.

Jadi, para peneliti meminta bantuan ke Brandon Johnson, asisten profesor di Brown University, Rhode Island, yang mempelajari dampak kawah.

Johnson menjalankan model yang merinci apa yang terjadi dalam 10 menit setelah dampak tabrakan asteroid.

“Pada titik tersebut, air bergerak kembali ke kawah yang sudah terbentuk. Lalu kembali keluar dan membentuk gelombang runtuh,” papar Range.

Sementara itu, pada model kedua, tim mempelajari bagaimana tsunami menyebar melalui lautan di seluruh dunia.

Mereka menggunakan data dari model pertama, serta medan kuno samudra untuk menentukan bagaimana tsunami akan terjadi.

Hasil penelitian menunjukkan efek tsunami terasa di seluruh dunia.

“Kami menemukan bahwa tsunami bergerak di seluruh lautan.

Di Teluk Meksiko, air bergerak secepat 143 kilometer per jam dan dalam 24 jam pertama, dampak tsunami menyebar dari Teluk Meksiko ke Atlantik,” tambah Range.

Bukti lain yang mendukung adanya tsunami juga didapat dari catatan sedimen yang ditemukan di beberapa tempat.

Air yang bergerak cepat kemungkinan menyebabkan erosi dan gangguan sedimen di Pasifik Selatan, Atlantik Utara, dan cekungan laut Mediterania.

//aceh.tribunnews.com/2019/01/13/dinosaurus-dahulu-punah-oleh-asteroid-yang-juga-timbulkan-tsunami-1-kilometer

read more